German School System
German public education makes it possible for qualified kids to study up to university level, regardless of their families' financial status.
The German education system is different in many ways from the ones in Anglo-Saxon countries, but it produces high-performing students. Although education is a function of the federal states, and there are differences from state to state, some generalizations are possible.
Children aged three to six may attend kindergarten. After that school is compulsory for nine or ten years. From grades 1 through 4 children attend elementary school (Grundschule), where the subjects taught are the same for all. Then, after the 4th grade, they are separated according to their academic ability and the wishes of their families, and attend one of three different kinds of schools: Hauptschule, Realschule or Gymnasium.
The Hauptschule (grades 5-9 in most German states) teaches the same subjects as the Realschule and Gymnasium, but at a slower pace and with some vocational-oriented courses. It leads to part-time enrollment in a vocational school combined with apprenticeship training until the age of 18.
The Realschule (grades 5-10 in most states) leads to part-time vocational schools and higher vocational schools. It is now possible for students with high academic achievement at the Realschule to switch to a Gymnasium on graduation.
The Gymnasium (grades 5-13 in most states) leads to a diploma called the Abitur and prepares students for university study or for a dual academic and vocational credential. The most common education tracks offered by the standard Gymnasium are classical language, modern language, and mathematics-natural science.
Grundschule teachers recommend their students to a particular school based on such things as academic achievement, self confidence and ability to work independently. However, in most states, parents have the final say as to which school their child attends following the fourth grade.
The Gesamtschule, or comprehensive school, is a more recent development and is only found in some of the states. It takes the place of both the Hauptschule and Realschule and arose out of the egalitarian movements in the 1960s. It enrolls students of all ability levels in the 5th through the 10th grades. Students who satisfactorily complete the Gesamtschule through the 9th grade receive the Hauptschule certificate, while those who satisfactorily complete schooling through the 10th grade receive the Realschule certificate.
No matter what kind of school a student attends, he/she must complete at least nine years of education. A student dropping out of a Gymnasium, for example, must enroll in a Realschule or Hauptschule until nine years have been completed.
Beyond the Haupschule and Realschule lies the Berufsschule, combining part-time academic study and apprenticeship. The successful completion of an apprenticeship program leads to certification in a particular trade or field of work. These schools differ from the other ones mentioned in that control rests not with the local and regional school authorities, but with the federal government, industry and the trade unions.
German children only attend school in the morning. There is no provision for serving lunch. There is a lot more homework, heavy emphasis on the "three R's" and very few extracurricular activities.
A very low-cost or free higher education could lie beyond a German Abitur. Many of Germany's hundred or so institutions charge little or no tuition. But, students must prove through examinations that they are qualified.
There are several varieties of university-level schools. The classical universities, in the tradition of Alexander von Humboldt, provide a broad general education and students usually attend them for six and one-half years. The Technical Universities (Technische Hochschulen) are more aimed at training students for specific careers and are usually attended for four and one-half years. There are also Hochschulen for art and music.
The whole German education system, including the universities, is available to the children of bona fide expatriates. The catch, of course, is that the classes are conducted in German, which is usually all right for school beginners but becomes more and more of a problem as the children get older.
syamstories adalah blog pribadi saya yang berisi tentang secuil tulisan atau catatan-catatan saya tentang hal-hal yang sepertinya perlu saya catat, baik yang saya sadur atau kutip dari blog atau karya orang lain (dengan tidak menghilangkan sumbernya), maupun apa yang menjadi buah pikiran saya.
Monday, September 6, 2010
Friday, August 27, 2010
Cita-cita buah hati terhalang laju inflasi

Inflasi yang selama ini kita ketahui adalah naiknya harga barang kebutuhan pokok yang dipengaruhi oleh berbagi faktor baik mikro maupun makro. Biasanya, pemerintah sudah memprediksikan kisaran atau besaran kenaikannya laju inflasi selama satu tahun kedepan, sehingga setiap bulan pemerintah akan mengumumkan besaran laju inflasi dari badan pusat statistik dan menjaga agar jangan sampai melebihi besaran yang telah ditentukan, umumnya masih berkisar dua digit.
Namun kadang besarnya inflasi tidak sejalan dengan naiknya kebutuhan bahan pokok yang melebihi apa yang telah diperkirakan oleh pemerintah, ini yang biasanya dirasakan oleh masyarakat bawah yang sangat rentan terhadap pergerakan harga. Seumpama pada tahun 2009 yang merupakan tahun dalam sejarah nilai inflasi negara kita hanya berkisar diangka 5,7% namun pada kenyataannya kenaikan harga barang pokok lebih dari angka tersebut, dan pada tahun ini misalnya saja cabai yang bukan bahan pokok kenaikannya membuat para pedagang makanan jadi atau ibu tumah tangga terkaget-kaget. Inflasi...oh inflasi!!
Namun selain inflasi akan kbutuhan bahan pokok, kita sebagai orang tua ternyata tanpa disadari sesungguhnya dalam pendidikan untuk anak-anak kita juga telah mengalami inflasi yang sangat mencengangkan bahkan membuat kita berfikir ulang bisakah anak-anak kita merasakan bangku kuliah jika dari sekarang harga pendidikan sangat mahal.
Memang ada sekolah gratis, namun sekali lagi itu tidak menjangkau semua sekolah, hanya sekolah negeri saja dari tingkat dasar sampai menengah pertama, dan ada beberapa daerah yang sudah sampai tingkat menengah atas. Namun kemudian sekolah tersebut berbondong-bondong merubah diri menjadai sekolah standar nasional atau rintisan sekolah berstandar internasional bahkan ada yang sudah menyatakan sekolah standar internasional (maaf internasionalnya lokal atau benar-benar internasional ya?...). Label tersebut adalah upaya sekolah untuk menraik dana dari orang tua murid dengan nilai yang luar biasa sangat tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat kita yang hanya mempunyai penghasilan tidak lebih dari dua juta rupiah perbulan dengan biaya hidup yang juga mahal mulai dari listrik, telephone dan makan. Jangan bicara gizi disini.
Bagaimana dengan sekolah swasta? Satu hal mereka menetapkan biaya mahal karena memang harus menanggung seluruh beban operasional sekolah mulai dari gaji guru sampai pengeluaran lainnya, namun tidak bicara kualitas karena sekolah swasta baik yang tingkat dasar, menegah atau atas juga akan dilihat fasilitasnya. Bantuan operasional sekolah nilainya hanya sepersekian dari kebutuhan operasional sekolah yang tidak mencukupi untuk membayar gaji guru secara layak, masih banyak sekolah yang memberikan gaji guru dibawah satu juta lima ratus ribu rupiah, sedangkan mereka mempunyai kebutuhan hidup yang juga besar dan ditambah dengan anak banyak yang harus sekolah dan makan (tanpa gizi yang memadai).
Jika kita tanya anak-anak kita tentang cita-cita mereka, maka kita akan terhenyak bahwa mereka mempunyai mimpi besar untuk menjadi orang-orang pilihan dan pemenang dari persaingan duniawi. Ada yang ingin menjadi presiden, dokter, insinyur, sedkit yang mau menjadi guru bahkan menjadi atlet juga belum jelas.
Haruskah cita-cita mereka terhalang inflasi pendidikan yang kita tidak dapat bayangkan berapa besar dana yang harus kita tabung dan investasikan dari gaji yang tidak memadai untuk mewujudkan cita-cita buah hati? Sementara cita-cita jika tidak didukung dari biaya yang harus dikeluarkan hanyalah sekedar impian disiang hari. Jangankan membayangkan biaya kuliah, membayangkan sampai disekolah menengah ataspun mungkin banyak dari kita sudah pasrah dengan bagaimana nanti.
Beasiswa? Jangan berharap banyak untuk anak-anak yang tidak mempunyai nilai akdemik cemerlang, karena sampai saat ini 90,9% persen beasiswa dilatarbelakangi oleh nilai akademik tanpa memandang kecerdasan lainnya yang dimilki oleh seorang anak. Dan hampir bisa dipastikan penerima beasiswa selain yang diberikan oleh lembaga zakat atau lsm adalah anak-anak dari latar belakang keluarga cukup mampu jika tidak ingin dikatakan kaya. Bagaimana dengan anak-anak dari keluarga yang hanya punya penghasilan sebesar tadi diatas? Banyak syarat yang harus dipenuhi dan kadang menbuat sebagian meyerah bahkan memutuskan untuk berhenti menggapai cita-cita.
Biaya pendidikan, bagaimana mengukurnya? Bagaimana mengkalkulasinya?.....
Mari berbagi solusi agar cita-cita buah hati tak terhalang inflasi.
Ditunggu ya.....................
Jakarta, 27 Agustus 2010
Tuesday, August 24, 2010
GURU PEMIMPIN

Guru terkadang lupa bahwa dirinya adalah pemimpin, halini sangat disayangkan dikarenakan dalam tugas sehari-hari sebenarnya banyaksekali hal yang membutuhkan aspek kepemimpinan. Bayangkan hanya karenaragu-ragu, guru menunda-nunda mengirim anak yang bermasalah dengan perilakukepada kepala sekolah untuk ditindak lanjuti. Akibatnya kelas yang menjaditanggung jawabnya menjadi tidak nyaman untuk anak yang lain. Hal inidikarenakan anak tersebut tidak tertangani dan tingkah lakunya semakin menjadi-jadi.
Kasus lain, ada orang tua yang ingin berdiskusimengenai perilaku anaknya di sekolah malah oleh guru yang bersangkutan karenatidak percaya diri dan takut salah ucap, buru-buru diarahkan kepada kepalasekolah untuk ditindak lanjuti.
Dibawah ini adalah hal yang bisa sekolah dan gurulakukan untuk meningkatkan aspek kepemimpinan dalam diri guru.
Memilih teks book
Membuat kurikiulum
Mengelola perilaku siswa
Apakah siswa ini butuh bantuan guru pendamping (konselor)?
Berpresentasi membagi ilmu dengan guru lain
Ikut menentukan pola evaluasi guru
Ikut menentukan anggaran sekolah
Mengevaluasi guru lain
Menyeleksi guru baru
Menyeleksi tata usaha
Pertanyaannya lantas jika semua guru menjadi pemimpinlalu kepala sekolah nya akan kelihatan tidak bekerja. Pertanyaan tadi memangmenarik untuk dibahas mengingat kerja seorang kepala sekolah adalah memimpin.Tetapi apa yang terjadi jika untuk memilih buku teks saja harus dilakukankepala sekolah. Padahal orang yang nanti akan menggunakannya di kelas adalahguru yang bersangkutan. Begitu juga dengan membuat kurikulum serta menyeleksiguru baru, guru jugalah nanti yang akan bekerja sama dengan guru baru danmenggunakan kurikulum yang dibuatnya sepanjang tahun ajaran.
Banyak pihak yang akan mendulang keuntungan dari guruyang mempunyai profil pemimpin. Mereka adalah guru itu sendiri, orang tua,siswa dan sekolah sebagai lembaga.
http://www.anpsonline.org/images/stroies/teachersconfrence2009
cq. www.gurukreatif.wordpress.com
NEGARADENGAN KUALITAS PENDIDIKAN TERBAIK DIDUNIA

Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannyamenduduki peringkat pertama di dunia?
Finlandia. Negara dengan ibukota Helsinki (tempatditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini memang begitu luarbiasa. Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil surveiinternasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for EconomicCooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA(Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan siswa dibidang Sains, Membaca, dan juga Matematika.
Finlandia
Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademistapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.
Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanyacerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia?Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggidibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negaralainnya. Finlandia tidaklah menggenjot siswanya dengan menambah jam-jambelajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, ataumemborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulaisekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain,yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaituhanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelahFinlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.
Apa gerangan kuncinya?
Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. DiFinlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaikpula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gajimereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justrumendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk kefakultas hukum atau kedokteran!
Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian danevaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitaspendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yangmenghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kitacenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkapseorang guru di Finlandia.
Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahuikualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan keperguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri,bahkan sejak Pra-TK!Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kataSundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.
Siswa didorong untuk bekerja secara independen denganberusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangatsantai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando hanya akan menghasilkanrasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.
Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif.Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.
Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah diFinlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yangburuk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggapsebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guruyang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat programindividual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai,umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawabuku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab denganbenar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaansiswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa,maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akanmenghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukankesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilaisebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.
Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinyamasing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintirsiswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
Sunday, June 20, 2010
Seven days around Jakarta-Kuala Lumpur-Singapore (4 th day)

2010, April 4th
06.00
Alhamdulillah tidur terasa nyenyak, dan kami segera menuju masjid untuk shalat subuh berjama’ah.
06.30
Kami kembali Hotel nomor satu di Kuala Lumpur hehehehe....untuk bersiap-siap melanjutkan rencana perjalanan kami ke johor dan singapore.
07.30
Kami breakfast dengan menu seperti sebelumnya dengan beberapa gabungan dari rasa indonesia, malaysia dan western dan tidak lupa milo dan teh tarikhnya. Setelah sarapan kami berpamintan kepada seluruh penghuni rumah yang sangat baik telah menerima kami sebagaimana layaknya tamu dengan pelayanan hotel bintang lima yang luar biasa untuk dilukiskan dengan kata-kata, kami hanya dapat mengucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila merepotkan.
08.30
Kami menuju pemberhentian bus yang akan menuju ke Johor bersama seorang rekan dari Indonesia, beliau adalah dosen tekhnik di Univerisitas Kebangsaan Malaysia, yaitu DR. Syarief Junaidi. Bahkan sebelum ke statioon bus kami berpusing-pusing sebentar di area kampus. Dan di station bus juga tiket kami telah dipesankan oleh beberapa mahasiswa Indonesia dan kami berbincang sejenak sambil menunggu keberangkatan bus di cafe.
10.30
Bus yang akan memberangkatkan kami telah datang, namun sebelumnya bus akan menuju station Pudu Raya dan kami bertukar bus disana, perjalanan dari Bangi ke Pudu Raya memakan waktu sekitar 1 jam. Bus masih lama lagi dan kami menunggu di area pelataran yang sangat padat dengan penumpang, jadi teringat terminal Pulogadung, namun bedanya disini bersih dan tidak bau pesing karena toilet yang disediakan juga sangat nyaman dan bersih serta terawat. Bahkan ruang tunggu dilantai atas juga berfalitas air conditioner yang membuat kenyamanan jadi tidak terasa. Bus baru datang sekitar pukul 14.00 dan kami bertolak ke Johor.
18.00
Kami tiba di Johor dan telah berkirim pesan akan ada yang menjemput kami di skudai, beliau adalah akh. Reza, seorang mahasiswa di University Tekhnologi Malaysia Johor. Kami diantar ke kantor DPD PKS dan bertemu dengan pak Heru dan Ust. Wahid. Kami beristirahat sejenak untuk melepas penat selama perjalanan yang cukup memakan waktu. Kami berlima kemudian shalat maghrib berjam’ah dan makan malam di kedai cangkir besar dengan menu burung puyuh aneka rasa dan sate serta minuman ringan sebagi pelengkap ditambah otak-otak.
19.30
Kami kembali ke kantor DPD sebagi tempat kami menginap. Banyak perbincangan ringan sambil menunggu waktu istirahat kami berkoordinasi dengan pak Arifin di Kuala Lumpur untuk perbicangana tentang lawatan kami ke Singapore dan bertemu dengan Ust. Nailul hafidz. Namun karena beliau akan besok akan ada acar ke Kamboja maka yang akan menemmani kami disana adalah ust. Ja’far dari Pergas (persatuan Guru Singapore).
22.00
Istirahat lebih panjang sepertinya...........kangen sama orang rumah oyyyyyy!!. Love u.
Monday, June 14, 2010
Seven days around Jakarta-Kuala Lumpur-Singapore (3 th day)

2010, April 3th
06.00
Subuh.......
06.30
Pengurusi Al Amin, Pak Zameeran menjemput kami untuk breakfast. Beliau adalah salah satu direktur cabang Bank Islam di Trengganu. Breakfast kami disebuah kedai yang telah buka sejak jam 06.00. menunya adalah teh lecci, roti canai dan nasi goreng. Sambil berbincang tentang banyak hal yang membuat persaudaran kami semakin erat. Kemudian kami kembali ke hostel untuk bersiap-siap pada acara masing-masing. Pak Arifin ada mesyuarat dengan rekan bisnisnya dan saya serta pak Bogie akan memberikan pelatihan untuk guru-guru Al Amin.
09.00
Pelatihan sesi pertama disampaikan oleh Pak Bogie tentang “be inspiring teacher” dan dilanjutkan Sesi kedua oleh saya tentang “how to be effective teacher”....pelatihan berjalan sangat lancar dan semua peserta terlibat aktif karena diselingi dengan workshop dari materi-materi yang disampaikan.
13.00
Pelatihan selesai, dilanjutkan dengan lunch di rumah makan thailand dengan menu tom yam, gurame asam manis dan kailan. Lunch diselingi dengan bincang-bincang tentang keadaan di Kemaman dan Trengganu khusunya.
14.00
After lunch kami menuju tempat pelelangan ikan di Kemaman, karena sudah siang sehingga sudah tidak banyak para nelayan dan pembeli yang bertransaksi. Kami hanya melihat-lihat dan memandang suasana sekitar yang sangat bersih dan aroma amis ikan tidak terlalu menyengar sebagaimana di Jakarta.
16.00
Sore kami nikmati dengan otak-otak khas Trengganu dan keropok yang menjadi favorite penduduk disana sambil menikmati suasan pantai dan udara panas. Banyak kedai disepanjang jalan yang menyajikan menu serupa dan hampir semuanya penuh, mungkin karena hari ini hari sabtu sehingga banyak orang yang pergi keluar untuk sekedar makan bersama atau menikmati udara sekitar pantai.
18.00
Kami berpisah untuk melanjutkan kembali perjalanan menuju Kuala Lumpur. Dan sepanjang perjalanan yang ada kami saling berdiam diri karena didera kelelahan yang amat sangat. Dua kali berhenti di gas station untuk mengisi patrol dan buang air kecil serta makan malam.
12.00
Tiba di Bangi......langsung masuk kamar istirahat dan mimpi...ahhhh.
Monday, June 7, 2010
Seven days around Jakarta-Kuala Lumpur-Singapore (2nd day)
Seven days around Jakarta-Kuala Lumpur-Singapore
2010, April 2nd
05.55 a.m
Adzan subuh berkumandang. Kami menuju masjid yang berada disekitar tempat kami tinggal. Subuh di Malaysia memang hampir mendekati jam 6 pagi, namun masih gelap sebagai mana subuh di Jakarta, namun aktivitas disana sudah dimulai pada pukul 6.30 dimana orang-orang segera bertolak menuju kantornya.
06.30
Breakfast, dengan beragam menu yang telah disediakan khas malaysia tentunya di mix dengan western punya. Ada nasi krapu, roti naan, ayam tandori serta roti bakar prancis dan minuman milo dan teh tarik. Suasana breakfast yang penuh keakraban antara pemilik rumah dengan anak-anaknya dan kami sebagai tamu sangat terasa betapa bahagianya keluarga ini.
08.00
Kami bertolak ke ampang point, office PDN bhd. Dialnjutkan ke wangsa maju untuk melihat aktivitas dari naluri learning center. Kurang lebih jam 11.30 kami bertolak menuju KLCC.
13.00
KLCC, entah sudah berapa kali kami mengunjungi tempat yang satu ini. Petronas/Twin Tower selalu menjadi agenda wajib yang walau hanya untuk sekedar melihat-lihat dan berfoto tetap saja tak ada bosannya. Jajaran butik feshen yang harga menjulang berjajar rapi dari lantai dasar hingga lantai atas (mungkin 7 lantai). Aktivitas yang tidak boleh dilewati adalah kunjungan ke kinokuniya, toko buku terlengkap yang asyik punya dan nyaman serta harganyanya pun juga cukup miring jika dibandingkan dengan jakarta untuk buktu2 berbahasa inggris. Belanja pocket book menjadi teman selama di KLCC. Dilanjutkan dengan makan siang di area foodcourt, dengan menu indonesian food, ayam penyet!!....rasanya?......tetep malay punya!!
14.30
Kunjungan selanjutnya adalah golden cinema,....mencari/melihat-lihat adakah film-film menarik yang bisa di tonton untuk mengisi waktu sebelum janji bertemu dengan kawan dari petronas pada pukul 5 sore. Pilihan jatuh pada How train your the dragon.
17.00
Kami bertemu dengan kawan dari Petronas yaitu pak Yogi di lobby 2 KLCC. Pertemuan dengan beliau selalu diwarnai senyuman yang penuh keindahan akan nilai-nilai ukhuwah yang Alhamdulillah sudah terjalin sejak tahun 2005. Kami akan menuju kondo beliau di titi wangsa dengan menggunakan komuter dari KLCC menuju Titi Wangsa. Komuter dari KLCC ke Titi Wangsa pada saat after office hour seperti hari ini memang cukup padat namun penumpang mengantri dan membeli tiket dengan rapih, berjejalan namun tetap sopan, budaya melayu sangat terasa. Sekitar 15 menit kami telah sampai. Setiap pemberhentian di station komuter hanya 1 menit, karena asyik ber bbm saya terbawa samapi di station berikutnya, yaitu Setia Wangsa, sebagaimana busway tak perlu antri atau membeli tiket untuk kearah sebaliknya hanya tinggal menyebrang jalur sebelah lalu naik kembali komuter dan tepat berhenti distation yang dituju.
17.30
Sesampai di station Titi Wangsa, kami berjanji dengan pak Arifin yang menggunakan kereta (mobil) untuk mengambil barang-barang kami yang sengaja kami tinggal untuk kami berjalan-jalan di KLCC, dan tidak semua barang kami bawa karena kami berencana malam ini akan bertolak dengan pak Arifin ke Trengganu menggunakan keretanya, dan tiket bus yang telah kami beli hangus tentunya. Lanjut menuju Kondo pak Yogi untuk beristirahat sejenak dan bersilaturahmi dengan istri dan anak-anaknya, Waffi dan Yumna.
19.30
Malam ini di kediaman pak Yogi memang ada jadwal pengajian rutin orang-orang Indonesia yang bekerja di malaysia. Kami dapat bertemu dengan mereka untuk berbincang banyak hal selain menjalain silaturahmi. Pak Bogie diminta untuk memberikan sedikit tausiah sambil menunggu uatadz yang akan memberikan ceramah datang.
21.00
Setelah Isya, ustadz yang ditunggu datang dan memberikan ceramah tentang makna syukur dan ujian Allah kepada hambanya. Subhanallah...menjadi bekalan untuk saya pribadi pentingnya bersyukur.
23.00
Sesuai dengan rencana, pak Arifin menjemput kami untuk menuju Trengganu, kami mohon pamit kepada pak Yogi dan rekan-rekan dari Indonesia serta ustadz yang mengisi ceramah.
23.15
Perjalanan menuju Trengganu dimulai. Perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam.
02.30
Kami dua kali singgah di rest area, yang pertama untuk makan dan yang kedua untuk mengisi patrol/gas lanjut dengan istirahat sejenak agar perjalanan lancar dan tidak mengantuk, kami lupa dimana area tersebut.
Subscribe to:
Posts (Atom)