Sunday, February 28, 2010

matematika

MATEMATIKA
by Salsabilah Chatib

Pagi hari, bagiku …
Matematika itu indah
Seperti lukisan pulau dewata
Seperti alunan orchestra benlantara
Mengiringi laju kaki ke gerbang sekolah
Menarik nafas panjang
Sepanjang perjalanan menakutkan
Menuju angka-angka misteri

Pagi agak siang, bagi ku …
Matematika itu seram
Seperti gerombolan serigala lapar
Mengerumuni seonggok daging hidup, yaitu aku …
Keringat membanjiri bangku ku
Kala tak kutemukan rumus dan jawaban
Berputar-putar kepala ku
Kala tak ku dapatkan petunjuk
Teramat sakit perutku
Kala waktu terus mengejarku
Dan berteriak …
“Cepat selesaikan … waktumu habis!”

Siang hari, bagiku …
Matematika adalah kutukan
Padahal hati kecil ini mencintai matematika
Hati kecil ini menyayangi matematika
Hanya …..mengapa dia sulit?
Apa benar dia sulit?

Atau..aku yang bodoh
Tapi ..aku merasa merasa tidak bodoh
Wahai guruku..bantu aku
Atau…aku tinggalkan saja…

Malam hari, bagiku
Matmatika adalah dongeng sebelum tidur
Menyelam dalam mimpi indah
Matematika menjadi sahabatku
Matematika menyenangkan
Matematika membuat aku hidup
Matematika membuat aku riang
Matematika membuat aku maju
Namun kala aku dibangunkan pagi
Aku sadar semua hanya mimpi
Dan aku harus bertemu dengan matematika lagi
Sampai kapan ini berputar…?

Saturday, February 20, 2010

IQRO' dan Kurikulum Visioner

IQRO' dan Kurikulum Visioner

Pendahuluan
Bicara tentang pendidikan, bukan hanya bicara pada sisi akademik semata, tapi bagaimana pendidikan juga dapat menghasilkan dan melahirkan anak-anak masa depan yang berkualitas baik ke-ilmuan dan ketaqwaannya serta pola hidup dan aktivitasnya.
Semenjak zaman orde lama, orde baru bahkan sampai zaman reformasi saat ini sepertinya pemerintah masih mencari arah fundamental dari pendidikan bangsa yang bisa mencerdaskan tanpa kehilangan akar sejarah bangsa. Namun seringkali permasalahan yang mencuat kepermukaan dari problematika pendidikan adalah bagaimana kemudian kesiapan semua elemen pendidik baik pemerintah, institusi kelembagaan, guru, orang tua berupaya dalam menghasilkan anak-anak yang berkualitas bahkan pada tataran pertama adalah bagaimana anak-anak dapat kesempatan dan menikmati pendidikan yang merupakan haknya sebagai anak bangsa.

Perubahan kurikulum dalam beberapa tahun terakhir telah menyadarkan kita tentang pentingnya kekokohan dalam mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Setiap perubahan kurikulum sepertinya selalu merubah arah jalan yang ingin dicapai dari tujuan pendidikan yang tidak akan pernah berubah, yaitu me-manusiakan dan mencerdaskan anak bangsa . Kurikulum menjadi jalan yang harus dilalui oleh peserta didik, namun dikemudikan oleh para pendidik yang mengalami kebingungan disebabkan penentu kebijakan juga tidak pernah memaparkan peta yang harus dijabarkan secara kongkrit sebagai petunjuk jalan. Sesungguhnya arah mana pun yang akan ditempuh selama mempunyai tujuan yang sama dan jelas petunjuknya adalah sah, tinggal bagaimana disetiap jalan ada banyak yang bisa diambil sebagai pengayaan dan penumbuhan kreatifitas bukan menciptakan kebingungan bagi para pengemudinya yaitu para pelaksana disekolah, penggelola sekolah dan guru.

Kritikan terhadap kurikulum pendidikan dasar dan menengah mungkin seringkali kita dengar dari beberapa tahun lalu karena sifatnya yang sentralistis dan reduktif dalam mencapai tujuan memanusiakan dan mencerdaskan anak bangsa. Namun sadarkah kita bahwa kurikulum apapun yang akan kita terapkan tidak akan pernah “ideal” namun itu adalah salah satu langkah yang memang harus dilalui selama bangsa ini masih berdiri dan saya yakin akan terus berdiri, serta bangsa ini punya tujuan dan masih ingin melangkah maju kedepan dalam menghasilkan anak-anak bangsa yang berkualitas.
Pada tahun 2006, pemerintah mengeluarkan kurikulum baru yang dinamakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dimana kurikulum yang diinginkan oleh pemerintah adalah pentingnya melibatkan partisipasi aktif dan kreatif dari setiap intistusi pendidikan, baik pengelola sekolah beserta guru, murid dan elemen pendidikan lainnya yang terlibat dalam proses belajar mengajar disekolah untuk menentukan kompetensi yang ditentukan, tentunya dengan penjabaran yang dapat diterima dan dipelajari secara sederhana oleh peseta didik dan aplikatif dalam peningkatan ketrampilan peserta didik. Pada akhirnya, diharapkan guru atau para pendidik dalam institusi sekolah memiliki peluang untuk mengayakan dan menjabarkan secara kontekstual dan memaparkannya secara jelas dan kongkrit serta mempraktikannya dengan cara yang menyenangkan dalam proses pendidikan dan pengajaran.

KTSP memberikan ruang kreasi bagi para pengelola sekolah, yang jika kita cermati adalah langkah maju dalam menentukan arah dari tujuan pendidikan, karena terbuka untuk kita sebagai pengelola sekolah ataupun guru dalam membuat rencana pengajaran, menentukan metode dan startegi pengajaran, penggunaan alat peraga sebagai penunjang pembelajaran dan hal kreatif lainnya. Pemerintah memang masih menetapkan standar, standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta standar lainnya tetapi kontekstualisasi dan aplikasi detail dan terperinci diserahkan kepada pengelola sekolah dan guru untuk mempraktekan dan menjalankan proses belajar mengajar yang kreatif dan menyenangkan. Yang menjadi pertanyaan sekarang bagi kami adalah sudah siapkah kita?

IQRO’ dan Kurikulum Visioner
Rietz R Tambunan, baru-baru ini mengatakan bahwa “hilangnya kejujuran dalam pendidikan sama dengan hilangnya roh dalam pendidikan itu sendiri. Lalu, nilai-nilai apa yang akan ditawarkan pendidikan kita?
Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh baru-baru ini mengatakan bahwa pendidikan karakter, moral, budaya semakin mendesak untuk dilaksanakan dalam pendidikan, karena maraknya kasus-kasus yang terjadi dalam dunia pendidikan baik ditingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Bicara tentang kurikulum dalam sistem pendidikan, IQRO’ sebagai salah satu institusi pendidikan, telah mempunyai basic yang jelas tentang apa yang akan dan diharapkan dari pendidikan yang dilaksanakan dalam sekolah, yaitu student profile. Sesungguhnya sebelum kurikulum KTSP, sekolah dengan konsep Islam Terpadu adalah rintisan dari pengayaan secara kreatif dari kebijakan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah dengan visi para pendiri sekolah Islam Terpadu yang mengaplikasikan pembelajaran bukan hanya berpatok pada sistem baku pemerintah saja namun pengayaan dan pendekatan yang lebih menyenangkan dalam pembelajaran dengan dibingkai nilai-nilai ke-Islaman menjadi satu dari visi yang telah dilaksanakan jauh sebelum kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bahkan pendekatan isi dari kurikulum juga telah dikembangkan secara kreatif dengan ide-ide segar dari pengelola sekolah dan guru yang terlibat didalam sistem pendidikan yang ada di IQRO’. Artinya apa yang dikatakan oleh Frietz dan Menteri pendidikan telah kita jalani jauh sebelum mereka mempertanyakan apa nilai-nilai yang ditawarkan dalam pendidikan kita dan pentingnya pendidikan karakter.
17 tahun sudah sebenarnya langkah maju yang telah IQRO’ tawarkan dalam menjawab masalah pendidikan bangsa ini, secara tidak langsung. Bahwa pendidikan karakter harusnya sejalan dengan tujuan mulia dari pendidikan itu sendiri yang dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik spiritual, akademik, akhlak, jasmani, dan sosialnya.

UNESCO, dalam bukunya tentang pendidikan, menulis bahwa suatu proses pembelajaran yang dapat moulding the mind and character young generation, dengan merekomendasikan empat pilar belajar di-abad 21, yaitu : (1). Learning to know; (2) learning to do; (3) learning to live together; (4) learning to be.

(1). Learning to know; adalah suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati dan akhirnya dapat merasakan dan dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan, suatu proses yang memungkinkan tertanamnya sikap ilmiah, yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawab atas masalah yang dihadapi secara ilmiah;

(2). Learning to do; adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta didik yang memungkinkan untuk menggunakan berbagai konsep, prinsip, alat pembelajaran yang mengasah kemampuan peserta didik untuk menghadapi berbagai tantangan dan menumbuhkan semangat dalam memecahkan masalah secara kongkret, serta diharapkan dapat bekerja secara cerdas dengan memanfaatkan kesempatan dan dukungan serta fasilitas yang ada, dan juga tidak cukup hanya menguasai ketrampilan motorik mekanistik tetapi dituntut kemampuan melaksanakan pekerjaan yang termenej (controlling, monitoring, maintaining, designing dan organizing).

(3). Learning to life together; adalah suatu proses pembelajaran yang memerlukan suasana belajar yang secara inherntly mengandung nilai-nilai toleransi saling ketergantungan, kerjasama, tenggang rasa, kekompakan, empati, dan ukhuwah. Ini diperlukan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

(4). Learning to be; adalah muara akhir dari tiga belajar, jika dalam learning to know, learning to do, learning to life togrther ditujukan bagi lahirnya generasi yang mampu mencari informasi dan ilmu pengetahuan, dapat melaksanakan tugas seta memecahkan masalah secara cerdas, dan mampu bekerjasama serta menjalin ukhuwah. Bila ketiga pilar ini berhasilakan menimbulkan rasa percaya diri pada anak didik, hasil akhirnya adalah manusia yang mampu mengenal dirinya, maka apa yang menjadi harapan dari Undang-undang No.2/1989 adalah manusia yang berkepribadian mantap dan mandiri atau anak didik yang berkarakter.

Manusia yang utuh yang memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang dapat mengendalikan dirinya, yang konsisten dan memiliki rasa empati, atau emosional intelligence. Inilah makna dari learning to be, yang belajar untuk menjadi apa yang diharapkan dari pembelajaran yang diterima/diberikan oleh para pendidik, baik sekolah ataupun rumah.

Sejalan dengan pilar belajar tersebut, kami, Yayasan IQRO’, telah merancang apa yang kami harapkan dari proses pendidikan sejak tahun 1993, dengan memantapkan visi dan misi kami dalam mendidik untuk menghasilkan peserta didik yang berkarakter dan kami turunkan menjadi student profile dalam bingkai luhur nilai-nilai ke-Islaman.

Student profile, atau profile anak didik dalam lembaga kami, yang kami harapkan dan kami bimbing untuk memiliki karakter sebagai berikut :
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
2. Shohihul Ibadah (Ibadah yang benar)
3. Mati’nul Khuluq (berakhlaq yang kokoh)
4. Qowiyul Jismi (berbadan sehat/kuat)
5. Mutsaqoful Fikr (Pemikiran yang berwawasan)
6. Qodirun ala Kasbi (Mampu berusaha/Mandiri)
7. Munazam fi Su’uni (Rapih dalam segala urusan)
8. Haritsun ala Waqtihi (Disiplin dalam waktu)
9. Mujahidun Linafsih (Bersemangat tinggi)
10. Nafi’udz li Ghoirihi (Bermanfaat bagi sesama)

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, IQRO’ berupaya untuk meningkatkan kualitas bagi para pendidik/guru. Kurikulum yang kami kembangkan bukan bermaksud untuk membingungkan atau membebani para guru dengan tuntutan tugas yang lebih berat, tapi diharapkan bahwa kurikulum kami yang mengacu pada penguatan maksud dan tujuan dari apa yang kami harapkan menjadikan guru sebagai tombak utama pembentuk karakter peserta didik dengan segala dinamika yang menjadi syarat dari pembelajaran dan kurikulum yang terus dan akan berkembang dalam setiap tahun-tahun mendatang dan tentunya tidak bisa terlepas dari peran orang tua dan masyarakat termasuk pemerintah.
Perpaduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan student profile adalah merupakan Kurikulum Visioner IQRO’. Penguatan melalui Manajemen Berbasis Sekolah yang saling terkait dan terhubung atas segala aktivitas kegiatan belajar mengajar menjadikan pendekatan yang akan dilakukan lebih terarah dan focus pada apa yang ingin dicapai. Baik secara akademik maupun penyiapan ketrampilan peserta didik untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya bahkan berharap sebagai pondasi yang dapat kami tanamkan untuk perserta didik menatap dengan optimis dan siap menghadapi proses pembelajaran dimasa depan yang didukung dengan nilai-nilai ke-Islam-an.

Nilai-nilai ke-Islaman yang integrated dalam kurikulum visioner IQRO’ adalah menjadikan proses pengajaran dan pembelajaran yang sesuai fitrah. Namun juga tidak boleh terlepas dari kompetensi para pendidik itu sendiri. Para pendidik mempunyai standar kompetansi yang diharapkan dapat mengejewantahkan kurikulum visioner IQRO’ dengan mengacu pada standart kompetensi guru yang berkualitas, yaitu:
(1). Kompetensi Pedagogik; kompetensi mengelola pembelajaran peserta didik, atau bagaimana seorang guru mengelola pembelajaran kepada peserta didik untuk dapat dipahami secara mudah dan menyenangkan.

(2). Kompetensi Kepribadian; beriman kepada Allah SWT, berakhlak mulia, arif, berkejiwaan mantap, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, atau bagaimana seorang guru ingin menjadi teladan atau contoh maka guru hendaknya dapat menjadi teladan untuk dirinya sendiri baru kemudian akan sangat mudah diterima oleh peserta didik.

(3). Kompetensi Profesional; penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam atau apa yang dikuasai oleh guru tersebut dalam pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik sehingga mereka dapat bertanggung jawab atas profesinya sebagai seorang guru.

(4). Kompetensi Sosial; mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia sekitarnya.

Kolaborasi dari kurikulum pemerintah dan pengayaan internal sekolah serta dukungan guru yang berkualitas, masih belum cukup memadai apabila lima kompenen pembelajaran juga belum terpenuhi, yaitu (1) pembelajar atau peserta didik, (2) program pembelajaran; (3) ekosistem pembelajaran; (4) lembaga pembelajaran; (5) fasilitator pembelajaran.

Pembelajaran yang berkualitas memadukan sekurang-kurangnya peserta didik sebagai pembelajar yang berkualitas (setiap anak berkualitas/multiple intelligence), yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, melalui program pembelajaran yang berkualitas, dengan dukungan ekosistem pembelajaran berkualitas, didalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas. Hanya pembelajaran yang berkualitas yang mampu memberikan hasil pembelajaran berkualitas. (pendidikan nasional strategi dan tragedi, winarno surakhmad)

Penutup
Sebagai sebuah lembaga, IQRO’, berharap menjadi lembaga pembelajaran yang berkualitas, dan berupaya untuk menciptakan budaya pembelajaran dalam setiap aspek yang ada dalam lembaga (School Culture). Kurikulum Visioner IQRO’ yang merupakan kolaborasi dari pilar pembelajaran, student profile dan kurikulum tingkat satuan pendidikan semoga dapat mewujudkan cita-cita kami dalam membentuk anak didik yang berkarakter dan berkepribadian Islami. Amin.

Bekasi, 19 Februari 2010

Sunday, February 14, 2010

aku ingin cerita

Sebuah pesan masuk kedalam inbox FB ku,.......aku ingin cerita! Singkat dan tak ada kata lain yang menegaskan dari apa yang akan diceritakannya. Seorang sahabat lama, dulu adalah sahabat yang sangat dekat dan sempat terpisah sebab dia harus melanjutkan study ke Luar Negeri sehingga kami terputus kontak karena dulu belum ada handphone ataupun internet dengan fasilitas jejaring seperti saat ini dan menulis surat pun malas (?).

Saya segera me-replay pesan tersebut, monggo jeuuunnggg.......kalimat yang biasa saya gunakan dalam berkomunikasi dengan teman atau sahabat yang mempunyai kedekatan khusus dalam ruang persaudaraan hati kami. Selanjutnya komunikasi berlanjut dalam ruang chating untuk menentukan kapan, dimana, jam berapa kami akan bertemu untuk mendengarkan apa yang akan diceritakannya.

Sebuah coffee shop dibilangan Jakarta Selatan menjadi tempat tujuan pertemuan kami selepas jam kerja. Saat itu dengan kemacetan yang biasa kami hadapi dalam hari-hari kerja di Jakarta terlambat sepertinya menjadi hal yang biasa, namun terkomunikasikan dengan adanya sarana komunikasi melalui handhone apalagi jika ada Balckberry maka connecting tak akan terputus dalam 24 jam sehari begitu juga push email dari beberapa fasilitas handpone dan providernya.

Untuk bercerita melalui internet memang tidak semua apa yang akan diceritakan menjadi jelas dan lengkap, terkadang apa yang akan diceritakan dengan bahasa tulisan menjadi sangat sulit bahkan bisa jadi tak jelas apa yang akan diceritakan dari maksud diawal. Karena tidak semua orang dapat menulis tapi saya yakin semua orang dapat bercerita. Dan saya pun ingin merasakan apa yang diceritakannya menjadi lebih hidup dan terasa baik kebahagian dan kesedihan dalam ceritanya.
Hampir mendekati jam 7 malam, kami baru bisa bertemu. Selama hampir 2 jam pertemuan saya coba menjadi pendengar yang baik dari apa yang diceritakannya. Semua tentang sahabatku. Cerita yang terdengar adalah cerita tentang kaum urban Jakarta dengan segala hiruk pikuknya, yang pada akhirnya merambah pada wilayah pribadi dalam rumah tangga. Akhir dari kesimpulan yang dia ceritakan adalah dia ingin bercerai!!. Astaghfirullah.......

Wahai sahabatku, saudaraku.....aku bahagia mendengar engkau bahagia, aku bersedih mendengar engkau bersedih. Cobalah kembali untuk membangun pondasi rumah tangga yang dalam 13 tahun ini telah terkoyak, aku yakin, kamu bisa, kamu mampu dan kamu dapat melewati semua itu dengan keikhlasan dan kesabaran, lupakan apa yang telah terjadi, maafkan segala kesalahan dan kekhilafannya karena aku yakin kamu bisa, dan masih ada DIA yang akan selalu bersamamu dan anakmu.

Komunikasikan apa yang menjadi tujuan awal dari perjalanan rumah tangga, arahkan tujuan yang sama, dayung dengan arah yang sama karena CINTA membutuhkan itu. Jika kau masih belum bisa menerima maka belajarlah untuk menerima itu sebagai ujian dariNYA. Doa-doamu lah yang akan menguatkan “misaqon gholidzon” ikat yang kuat ini. Aku yakin kamu akan mencobanya dan terus jangan menyerah. Kedepan kau akan menjadi istri yang baik dan menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anakmu.
Sahabat terimakasih telah mempercayai aku sebagai teman curhatmu. Mudah2an aku dapat menyimpannya dan menjaganya.

Jarum jam hampir mendekati jam 9 malam, kami selesaikan cerita tersebut dengan tidak ada satu kesimpulan ataupun judgment atas apa yang terjadi, baik untuknya, untuk suaminya, tapi lebih pada kebutuhannya untuk bercerita. Semoga Allah menjauhkan niat bercerai sahabatku. Doaku untuk keluargamu, salam hangat untuk sikecil dan suamimu yang juga sahabatku.

Jakarta, 9 Februari 2010