Friday, April 11, 2014

Struktur kurikulum untuk home schooling

Struktur kurikulum adalah gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi peerta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum, menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar peserta didik yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan.
Dalam mengelola home schooling majemuk, tentunya tidak terlepas dari aktivitas belajar tatap muka yang memang tidak sebanyak yang ada di sekolah formal. Setelah penetapan kurikulum 2013 yang berisikan tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar maka home schooling juga harus bergerak sama atau bahkan lebih maju untuk mencarikan alternatif pendekatan pembelajaran kepada para homeschooler agar mencapai apa yang menjadi target dari kurikulum 2013 itu sendiri. Namun seklai lagi tentukan tidak dalam bentuk “pemaksaan” kepada peserta didik dengan aturan yang ketat sebagimana di sekolah formal.
Dikarenakan tidak semua peserta dapat menyelesaikan target capaian yang harus dipenuhi dalam suatu bidang studi atau mata pelajaran maka beberapa pendekatan untuk menjembatani pencapaian target diperlukan sesuai dengan kemampuan dari peserta didik itu sendiri.
Struktur kurikulum yang ada di home schooling biasanya terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Struktur kurikulum yang memuat pelajaran wajib yang harus diikuti oleh peserta didik sesuai dengan tingkatan atau jenjang pendidikannya. Dalam jenjang pendidikan SD/SMP/SMA pelajaran wajib biasanya dikalisifikasikan sesuai dengan mata pelajaran yang diujikan secara nasional (UN).
2. Struktur kurikulum yang memuat pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan tingkatan atau jenjang pendidikannya. Dalam jenjang pendidikan SD/SMP/SMA pelajaan pilihan biasanya sesuai dengan apa yang telah disediakan atau diadakan oleh pengelola home schoolng, dan biasanya melalui pendekatan minat dan bakat anak seperti kesenian, olah raga dan ketrampilan lainnya.
Bagaimana mengimplementasikan struktur kurikulum di home schooling? Tentunya sebagimana disampaikan diatas bahwa home schooling tidak sama dengan sekolah formal dalam pengalokasian waktu belajar maka memang pendekatan yang menyenangkan dan kekeluargaan menjadi inti dari pengimplementasian kurikulum dalam pembelajaran.
Untuk beberapa mata pelajaran atau bidang studi yang di-ujian nasinal-kan, beberapa mata pelajaran dapat disesuai dengan capaian target yang harus dipenuhi dan tentunya beberapa juga menentukan standar minimal yang dapat diselesaikan oleh para home schooler. Jangan terlalu berat atau ideal karena sesungguhnya apa yang kita harapkan dan buat bukan untuk mencapai nilai kesempurnaan akademik bagi anak home schoolers tapi lebih bagaimana pemahaman atas setiap tahapan pembelajaran telah dapat dimengerti dan dipahami.
Sebagai contoh untuk mata pelajaran wajib, pelajaran matematika misalnya, bagaimana kemudian proses pembelajaran yang mengenalkan secara kongkret dan pemahaman konsep bilangan memerlukan waktu berapa lama untuk dialokasikan dalam aktivitas belajarnya. Jika pemahaman akan konsepnya belum selesai baiknya jangan menambah beban dengan masuk pada lanjutan pelajaran yang lebih tinggi sehingga dalam home schooling guru diharapkan dapat melakukan mapping atau pemetaan tentang tingkat pemahaman setiap anak dalam menerima pembelajaran dan untuk anak-anak yag cepat menerima pembeljaran guru dapat melanjutkan dan memberikan tugas tambahan sebagai pendamping bagi anak lainnya.
Pendekatan-pendekatan yang saling mengisi dan memberikan ruang yang lebih luas dalam struktur kurikulum biasaya akan memacu daya kreatifitas anak dan semangat anak untuk lebih cepat memahami dan melakukan proses pengulangan tanpa menjadi beban. Ini hanya satu contoh saja dari aktivitas belajar di home schooling yang telah melakukan pendekatan terhadap kurikulum 2013 yang dicanangkan pemerintah.

Mungkin banyak lagi pola dan strategi yang dilakukan oleh para pengelola home schooling untuk mengimplementasikan kurikulum dalam pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menjadi beban tetapi lebih pada membangun keinginan anak untuk belajar dan memahami serta menumbuhkan tanggung jawabnya.

Penetapan Kurikulum 2013, bagaimana untuk home schooling?


Sejak tahun ajaran 2013 pemerintah melalui menteri pendidikan telah mencanangkan penetapan dan pemakaian kurikulum 2013 untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pemberlakuannya untuk tingkat sekolah dasar masih berjenjang dimulai untuk kelas 1 dan 4 pada tahun 2013 dan kemudian 2 dan 5 pada tahun 2014 dan untuk tahun ketiga pada kelas 3 dan 6. Sedangkan untuk SMP dan SMA dilaksanakan secara bertahap pula. Tidak semua sekolah menjadi sasaran implementasi kurikulum 2013, hanya beberapa sekolah yang dipilih untuk diberikan pelatihan dan pendampingan oleh dinas pendidikan setempat.
Apa itu kurikulum 2013?
Kurikulum 2013 adalah bentuk penyempurnaan dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya, mulai dari kurikulum berbasis kompetensi sampai pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Sebagaimana amanat undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem penddidikan nasional, bahwa kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum diharapkan dapat menjadikan peserta didik (1.) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2.) manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan (3.) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Memang sampai saat ini pemerintah belum memberikan ruang atau aturan tersendiri untuk menjadi guidence atau panduan pelaksanaan pembelajaran di home schooling, tetapi ini bukan berarti bahwa pengelola home schooling kemudian merasa tertinggal tapi harus menjadi lebih kreatif dalam pendekatan pengajaran kepada peserta didik dan bisa mengambil beberapa kebijakan yang ada dalam kurikulum 2013 untuk lebih dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran di keluarga dalam implementasinya tentunya melalui pendekatan yang selama ini diterapkan di home schooling.
Home schooling, terutama yang dikelola oleh komunitas dan yang telah mempunyai umbrella school tentunya mengarahkan akhir pendidikan anak-anak adalah dengan mengikuti ujian nasional yang diadakan oleh pemerintah selain itu ada pula yang melalui kejar paket. Maka pola pembelajaran dan kontent yang diajarkan tentunya juga mengikuti aturan kurikulum formal yang ditetapkan oleh pemerintah yang termaktub dalam struktur kurikulum.
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam mata pelajaran, posisi mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi mata pelajaran dalam satu semester atau satu tahun, serta beban pelajaran dalam setiap minggu. Kurikulum 2013 memuat dua hal dalam pengimplementasikannya yaitu kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi standart kompetensi lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokan kedalam aspek sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi dasar merupakan kompetensi dasar setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi dasar yang terdiri atas sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasi peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi para penyelenggara home schooling untuk memetakan pelajaran melalui pendekatan-pendekatan secara kekeluargaan dan kebersamaan agar dapat diimplementasikan secara sederhana tanpa menjadi beban bagi home schoolers atas pemcapaian yang diharapkan oleh pemerintah melalui kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam kurikulum 2013.

Sumber : kurikulum 2013 Menteri pendidikan dan kebudayaan.

Thursday, February 13, 2014

Home Schooling - Life Style


Mengapa semakin banyak orang tua di kota kota besar yang mengajar anak-anak mereka sendiri?.

Berikut adalah salah satu cerita dari seorang sahabat saya yang tinggal di Amerika.
Pada suatu hari kami mengamati beberapa anak bersama dua orang dewasa yang sedang melakukan aktivitas bersama disebuah taman kota. Terlihat dua kelompok yang masing-masing berisikan beberapa anak dengan tingkat umur yang sepertinya berbeda-beda. Mereka asyik menggelar tikar ditaman dan mulai berdoa untuk melakukan aktivitas bersama.

Dua orang dewasa tersebut ternyata adalah orang tua dari salah satu anak anak yang beraktivitas di taman tersebut. Meraka asyik bercengkrama dan saling membuka buku serta bermain ipad, sepertinya meraka tidak terganggu dengan aktivitas lalu lalang orang disekitar taman kota, bahkan sebaliknya para pejalan kaki di taman kota yang penasaran melihat aktivitas yang dilakukan oleh dua orang dewasa tersebut dan beberapa anak yang terbagi dalam dua kelompok.

Aktivitas yang dilakukan dua kelompok tersebut berbeda-beda, satu kelompok terlihat anak-anak saling mengobrol dan berdiskusi tentang sesuatu yang baru saja diperagakan oleh orang tua mereka yang berperan sebagai instruktur/guru dan satu kelompok lagi terlihat aktivitas mewarnai diberbagai media, ada yang dikertas gambar, buku tulis, kanvas dan kaos atau media lainnya yang mereka bawa.

Adegan benar-benar normal , kecuali untuk satu hal . Ini adalah hari kerja . Pada waktu makan siang pula . Bukankah anak-anak ini seharusnya berada di sekolah? Ya mereka memang berada di sekolah. Ini adalah homeschoolers . Mereka dapat melakukan aktivitas belajar kapanpun, dimanapun dan menyusun jadwal secara bersama, apakah waktu belajar akan dilaksanakan pagi hari, siang, sore atau bahkan mungkin malam. Mereka tidak menghabiskan waktu selama enam jam atau lebih di kelas atau disekolah reguler. Dan mereka dapat melakukan aktivitas belajar dimanapun yang dapat difungsikan sebagai ruang belajar. Dan tidak terikat dengan jadwal pelajaran yang sudah dibuat tapi melalui pengajaran degan cara tematik dalam penyampaiannya.

Sejak tahun 2007 sampai saat ini, peningkatan anak-anak yang menjalani home schooling di Amerika meningkat lebih dari 1,5 juta anak. Berbagai alasan yang dikemukan oleh orang tua mereka adalah berkembangnya internet dan sumber daya kurikulum serta penanganan pendidikan yang ingin dilakukan sendiri mengingat terkadang adanya keterbatasan dari anak-anak dalam menerima pembelajaran secara klasikal dan persoalan lainnya yang dihadapi anak diusia sekolah biasanya. Orang tua ingin memberikan  anak-anak mereka sesuatu yang bersifat keatif, flexible, dan menarik daripada anak berada disekolah selama lebih dari enam jam serta leih mengedapankan apa yang menjadi minat anak. Itu yang menjadi alasan mereka para orang tua home schoolers.

Sebagian besar anak-aak yang berada dalam home schooling ternyata dididik oleh orang tua mereka sendiri yang rata-rata tingkat pendidikan dan kemapanannya juga diatas standart. Mereka ingin lebih dekat bersama anak-anak mereka pada intinya dikarenakan tingkat pergaulan bebas dan lingkungan yang kurang kondusif dalam perkembangan anak-anak disana. Rata-rata penghasilan orang tua homeschooler adalah berkisar antara $ 100.000 sampai degan $ 150.000 pertahun dan bergelar sarjana.


Dengan jumlah peserta home schooling yang sangat banyak tersebut, di New York didirikan sebuah organisasi sosial (NYCHEA) bagi homeschoolers yang ditarik iuran keanggotaansebesar  $ 36 per tahun . - Keith Mulvihill

Wednesday, October 30, 2013

6 Metode Pembelajaran Home Schooling

Metode pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin keunggulan Home schooling. Home schooling memberi banyak keleluasaan bagi anak untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Setiap siswa Home Schooling diberi kesempatan untuk terjun langsung mempelajari materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori. Mereka juga diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka. Ada beberapa metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajarn homeschooling. 1. Metode Klasik Home schooling Tahap pertama dari metode ini dimulai ketika siswa memelajari cara belajar dan mengasah kemampuan untuk mengingat banyak hal. Tahap selanjutnya, sudah ada sambungan yang mulai tercipta dari fakta-fakta yang sudah dipelajari. Tahap ketiga, ketika siswa sudah bisa menggunakan sambungan dari fakta-fakta, bisa merumuskan dan mengartikulasikan fakta tersebut dengan pendapatnya sendiri. Metode ini baik digunakan jika Anda : a. terstruktur; b. memiliki keinginan untuk mengevaluasi cara belajar anak Anda berdasarkan standar akademik; c. melihat nilai dari pendidikan yang menempatkan keutamaan pada kata-kata tertulis, baik dalam membaca dan menulis; d. ingin berkonsentrasi pada sastra klasik barat sebagai alat untuk mengembangkan pemikirian kritis; e. memiliki anak yang berorientasi akademis 2. Metode Charlotte Mason Charlotte Mason adalah seorang pendidik Inggris yang metode pengajarannya menggunakan metode yang unik. Banyak homeschoolers menggunakan metode tersebut untuk mengajar putra-putrinya. Kenapa? a. pelajarannya relatif singkat; b. membuat narasi (dalam bentuk tulisan maupun lisan tergantung pada usia anak); c. memiliki ujian (ujian dilakukan mengambil teori yang sudah dipelajari selama 12 minggu); d. memelajari gambar; e. memelajari musik; f. mempelajari peta, g. memiliki banyak subjek pelajaran. 3. Metode berbasis computer Metode homeschooling menggunakan komputer menjadi lebih populer. Ada peningkatan varietas bagaimana siswa menggunakan komputer sebagai sarana homeschooling mereka. Kurikulum menggunakan komputer memiliki CD atau DVD sebagai sarananya. Selain itu, bisa juga mengambil kelas gratis secara online. Jadi, anak dibebaskan untuk memilih yang ia sukai. Beberapa keuntungan menggunakan homeschooling berbasis komputer: a. melihat nilai menggunakan teknologi modern dan tidak memiliki kekhawatiran berlebih dalam penggunaannya; b. harus menemukan cara untuk tidak banyak terlibat dalam proses sehari-hari. Namun, Anda harus selalu ada jika dibutuhkan untuk memberi bantuan dan bimbingan umum; c. harus mempunyai anak yang senang bekerja dengan kecepatan dan menggunakan komputer. 4. Metode elektik Seperti namanya, dalam metode ini orangtua cenderung menggunakannya berbagai metode homeschooling yang tergantung pada kebutuhan anak. Daripada terhambat dengan satu filosofi atau satu metode, lebih baik mengambil sedikit dari berbagai metode. Namun, metode ini bersifat umum dan baik dilaksanakan jika Anda: a. tidak berkeberatan untuk mencari bahan yang sesuai dengan minat anak Anda; b. tidak keberatan untuk mengikuti gaya dan urutan serta tidak senang menggabung beberapa kurikulum; c. melihat nilai dengan menggunakan berbagai kurikulum dan metode homeschooling yang berbeda. Karena dengan melihat banyak metode homeschooling membuat Anda bisa memilih metode terbaik bagi anak Anda; d. memiliki anak yang fleksibel dalam melakukan pembelajaran. 5. Metode textbook atau sekolah tradisional Metode homeschooling berbasis model pada ide tradisional dari sebuah sekolah dengan menggunakan workbook atau buku pelajaran. Belajar dengan menggunakan buku yang digunakan di sekolah mengurangi potensi kesenjangan antara pelajaran yang dipelajari siswa. Metode ini baik dilaksanakan jika Anda: a. ingin anak Anda belajar materi yang sama dengan yang diajarkan di sekolah; b. memelajari cara belajar di sekolah dan anak Anda ingin melakukannya; c. ingin anak Anda dapat menjawab soal dengan baik seperti mengisi titik dibawah ini atau puzzles; d. metode ini memiliki ide yang pasti tentang konten apa saja yang ingin anak Anda pelajari. 6. Metode independen atau belajar sendiri Di dalam metode homeschooling independen, orangtua membantu anak untuk belajar cara belajar, kemudian secara bertahap anak akan menggunakan alat-alat membaca, menulis, aritmatika sendirian. Orangtua tidak hadir untuk mengajar, tetapi lebih untuk membantu anak dalam proses mengembangkan keyakinan agar anak bisa belajar sendiri. Metode ini bisa berhasil jika Anda: a. ingin anak Anda mengembangkan kemampuan untuk belajar sendiri; b. melihat anak Anda mengembangkan keterampilan belajar yang baik selain bantuan keterlibatan Anda; c. Lebih suka memiliki anak yang mengembangkan strategi belajar yang baik dan manajemen waktu sendiri daripada bertanggungjawab kepada orang lain di luar keluarga. (pernah di publikasikan di majalah oase edisi ....)

bukan cinta mati

Innalillahi wainailahi rojiun.

Berpulangnya kakek dan nenek dalam waktu yang sangat berdekatan, tiga hari saja, membuat kami sekeluarga merasa sangat terpukul dan kaget karena tidak mengira sebelumnya bahwa mereka berdua kakek dan nenek akan secepat ini menghadap Robbnya.

Kami sekeluarga, sesungguhnya sudah menyadari dan mengikhlaskan apabila malaikat akan menjemput mereka dalam usia mereka yang semakin senja. Kakek dan nenek dalam usia 95tahun dan 98 tahun. innalillahi wainnailahi rojiun.
Sebuah pesan masuk kedalam inbox FB ku,.......aku ingin cerita! Singkat dan tak ada kata lain yang menegaskan dari apa yang akan diceritakannya. Seorang sahabat lama, dulu adalah sahabat yang sangat dekat dan sempat terpisah sebab dia harus melanjutkan study ke Luar Negeri sehingga kami terputus kontak karena dulu belum ada handphone ataupun internet dengan fasilitas jejaring seperti saat ini dan menulis surat pun malas (?).

Saya segera me-replay pesan tersebut, monggo jeuuunnggg.......kalimat yang biasa saya gunakan dalam berkomunikasi dengan teman atau sahabat yang mempunyai kedekatan khusus dalam ruang persaudaraan hati kami. Selanjutnya komunikasi berlanjut dalam ruang chating untuk menentukan kapan, dimana, jam berapa kami akan bertemu untuk mendengarkan apa yang akan diceritakannya.

Sebuah coffee shop dibilangan Jakarta Selatan menjadi tempat tujuan pertemuan kami selepas jam kerja. Saat itu dengan kemacetan yang biasa kami hadapi dalam hari-hari kerja di Jakarta terlambat sepertinya menjadi hal yang biasa, namun terkomunikasikan dengan adanya sarana komunikasi melalui handhone apalagi jika ada Balckberry maka connecting tak akan terputus dalam 24 jam sehari begitu juga push email dari beberapa fasilitas handpone dan providernya.

Untuk bercerita melalui internet memang tidak semua apa yang akan diceritakan menjadi jelas dan lengkap, terkadang apa yang akan diceritakan dengan bahasa tulisan menjadi sangat sulit bahkan bisa jadi tak jelas apa yang akan diceritakan dari maksud diawal. Karena tidak semua orang dapat menulis tapi saya yakin semua orang dapat bercerita. Dan saya pun ingin merasakan apa yang diceritakannya menjadi lebih hidup dan terasa baik kebahagian dan kesedihan dalam ceritanya.
Hampir mendekati jam 7 malam, kami baru bisa bertemu. Selama hampir 2 jam pertemuan saya coba menjadi pendengar yang baik dari apa yang diceritakannya. Semua tentang sahabatku. Cerita yang terdengar adalah cerita tentang kaum urban Jakarta dengan segala hiruk pikuknya, yang pada akhirnya merambah pada wilayah pribadi dalam rumah tangga. Akhir dari kesimpulan yang dia ceritakan adalah dia ingin bercerai!!. Astaghfirullah.......

Wahai sahabatku, saudaraku.....aku bahagia mendengar engkau bahagia, aku bersedih mendengar engkau bersedih. Cobalah kembali untuk membangun pondasi rumah tangga yang dalam 13 tahun ini telah terkoyak, aku yakin, kamu bisa, kamu mampu dan kamu dapat melewati semua itu dengan keikhlasan dan kesabaran, lupakan apa yang telah terjadi, maafkan segala kesalahan dan kekhilafannya karena aku yakin kamu bisa, dan masih ada DIA yang akan selalu bersamamu dan anakmu.

Komunikasikan apa yang menjadi tujuan awal dari perjalanan rumah tangga, arahkan tujuan yang sama, dayung dengan arah yang sama karena CINTA membutuhkan itu. Jika kau masih belum bisa menerima maka belajarlah untuk menerima itu sebagai ujian dariNYA. Doa-doamu lah yang akan menguatkan “misaqon gholidzon” ikat yang kuat ini. Aku yakin kamu akan mencobanya dan terus jangan menyerah. Kedepan kau akan menjadi istri yang baik dan menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anakmu.
Sahabat terimakasih telah mempercayai aku sebagai teman curhatmu. Mudah2an aku dapat menyimpannya dan menjaganya.

Jarum jam hampir mendekati jam 9 malam, kami selesaikan cerita tersebut dengan tidak ada satu kesimpulan ataupun judgment atas apa yang terjadi, baik untuknya, untuk suaminya, tapi lebih pada kebutuhannya untuk bercerita. Semoga Allah menjauhkan niat bercerai sahabatku. Doaku untuk keluargamu, salam hangat untuk sikecil dan suamimu yang juga sahabatku.

Jakarta,Februari
maaf baru bisa di sharing saat ini dalam blog moga bisa kita ambil hikmahnya dan alhamdulillah sampai saat ini tidak ada perceraian diantara kedua sahabatku yang juga pasangan suami istri.

Tuesday, October 29, 2013

3 Point dalam A to Z Home schooling.

3 Point dalam A to Z Home schooling.
Sampai saat ini masih terdapat anggapan yang kurang positif tentang homeschooling. Sebagai salah satu penggiat komunitas homeschooling saya memahami dan berusaha untuk melakukan pendekatan kepada para orang tua tentang anak-anak home schooling dengan segala sifat, karakter, sikap dan gayanya. Karena memang pada dasarnya setiap anak berbeda, begitu pula anak-anak yang ada di home schooling maupun di sekolah formal lainnya.
Bebrapa orang yang belum mengenal home schooling beranggapan bahwa komunitas home schooling adalah tempat penampungan anak-anak yang kesulitan mendapatkan pelajaran, anak-anak yang tidak bisa bersosialisasi, anak-anak yang tidak ada keinginan untuk belajar. Wajar, sekali lagi wajar jika ada anggapan seperti tersebut, lalu apakah kemudian kita berlepas tangan sebagai orang tua atau pendidik? Tentunya tidak. Solusi kita kedepankan unruk mempersiapkan anak-anak kita yang tidak ingin saya bantah memang mempunyai perbedaan dan setiap anak tidaak sama serta setiap anak punya kelebihan dan keunikan tersendiri.
Saya berpikir daripada membahas tentang kekurangan yang ada dalam homeschooling berikut saya coba sajikan beberapa pengamatan dan pengalaman  saya dalam mengelola A to Z nya home schooling, yaitu :
Kehidupan Sosial
Perhatian pertama saya  adalah bahwa anak-anak homeschooling sering dianggap tidak memiliki kehidupan sosial, dan bahwa keterampilan sosial belajar di lingkungan sekolah adalah penting. Saya pikir banyak dari kita keluarga homeschooling yang akan mengatakan bahwa homeschooling juga memberikan pengalaman sosial, tak terkecuali pengalaman akademis, di sekolah-sekolah formal pun demikian adanya bahkan terkadang socializationproblems dalam homeschooling tampak tidak terlalu bermasalah.
Anak-anak jarang terjebak belajar sepanjang hari dirumah, dibandingkan dengan anak-anak usia yang sama denga mereka disekolah formal. Memiliki teman-teman dari segala usia,  yang berarti telah mempersiapkan secara baik untuk menjadi orang muda dalam kehidupan dewasa nyata, yang hampir tidak pernah terbatas pada orang teman sebayanya. Anak-anak tidak hanya belajar di rumah tapi juga dapat melakukan hal-hal dengan kelompok-kelompok homeschooling, atau mereka juga mungkin terlibat dengan kelompok-kelompok lain dan organisasi dalam komunitas positif yang menjadi supporting kegiatan di home schooling. Ragam aktivitas dapat dikembangkan berdasarkan minat dan bakat.
Komitmen Waktu
Kita tampaknya berpikir bahwa sebagai orang tua homeschooling harus mengembangkan semua kurikulum sendiri. Kita tetap membutuhkan sebuah rencana pelajaran agar dapat menemukan mana sumber-sumber pembelajaran yang dapat mengayakan dan meningkatkan pemahaman mereka, secara aplikatif dan mudah dimengerti. Berbagai sumber saat ini sangat mudah kita jumpai baik dari  internet atau membeli buku-buku, majalah dan mungkin cd pembelajaran dari sebuah program homeschooling.
Kita ingin anak-anak menjadi lebih berorientasi maksimal dalam pengembangan daya tangkap dan daya kreatifnya dan juga  anak dapat mengembangkan rencana kasual bersama dengan anak-anak dalam kelompok untuk belajar keterampilan dan keahlian tertentu agar anak mengenal sejak dini tujuan pendidikan lanjutannya kelak. Biar bagaimanpun anak adalah anak yang secara komitemen waktu nya harus selalu diingatkan untuk melakukan hal-hal posistif terencana dalam waktu yang telah ditentukan, agar komitemennya membuahkan hasil maksimal dikemudian hari.
Ya, menjadi orangtua homeschooling berarti kita harus terlibat dengan pendidikan anak kita, tapi hendaknya kita bisa terlibat dengan hal-hal menyenangkan, dan bukan salah satu menjadi penegak atau wasit untuk melakukan pekerjaan rumah selama jam malam. Ketika ada hal-hal yang lebih baik dan menyenangkan hendaknya bisa dilakukan dengan keluarga kita.
Komitmen keuangan
Apakah homeschooling penuh-waktu ataupun paruh-waktu, menjadi pekerjaan yang tidak dibayar? Sebagai orang tua tentu kita tidak berpikir akan hal tersebut. Namun jika anak berada dalam komunitas home schooling tentunya ada biaya yang harus dikeluarkan sebagaimana disekolah formal.
Banyak orang tua homeschool telah mengambil keterampilan untuk program pendampingan belajar anak dan bahkan bisa berkembang menjadi bisnis rumah anak-anak sekitar lingkungannya untuk pendampingan belajar. Saya sudah kenal orang-orang yang mempunyai profesi yang cukup baik sebagai orang tua home schooling seperti dokter, pengacara, manajer Band, aktor profesional, pendidik pada semua tingkat dll. Dan biasanya memang orang-orang yang terkadang harus diingatkan untuk komitment keuangannya sebagai kewajiban untuk pemenuhan hak tenaga pendaamping dan operasional home schooling.
Bagaimana membayar untuk "sesuatu" yang kita gunakan untuk mendidik? Yah, pertama melakukan gambaran dari semua hal yang harus kita bayar ketika anak kita bersekolah. Dalam homeschooling kita dapat membeli sumber belajar dari manapun yang sesuai akademik yang telah ditentukan sepanjang kita mampu.
Berhenti Sejenak
Bagaimana dengan waktu untuk diri kita sendiri? Waktu untuk bekerja atau hanya tidur siang? Percaya atau tidak, anak-anak kita juga akan ingin downtime dari kita!. Kita bisa melakukan beberapa korporasi homeschooling, dengan anak-anak kita pergi ke rumah teman-teman mereka 'mungkin satu hari dalam seminggu, dan satu hari dalam seminggu anak-anak mereka datang bersama kita. Setiap orang tua home schooling mengajarkan seluruh kelompok anak-anak yang datang bergiliran tentang apa yang kita tahu yang terbaik.

Kita berhenti sejenak dari aktivitas rutin kita bersama mereka dalam bentuk berbagi alam segal hal yang kita kuasai, seperti aktivitas fun cooking misalnya, diskusi tentang profesi, atau juga pendaampingan belajar mengemudi untuk anak-anak tertentu.  Dengan cara itu setiap kita tahu kita memiliki satu hari untuk mendapatkan satu hal yang menyenangkan bersama anak-anak home schooloing.Homeschooling bisa menyesuaikan diri dengan tingkat kenyamanan kita dan anak-anak kita sendiri. 
(tulisan ini pernah di publikasikan di majalah oase edisi ....)