Monday, August 29, 2011

Ramadhanku

baru saja terucap kata ahlan wasahlan yaa ramadhan....namun menyadari bahwa mungkin ini adalah hari terakhir ramadhan yang akan segera meninggalkan kita.

ada kesedihan ditinggal ramadhan...namun disambut kebahagian akan datangnya iedul fitri esok hari.

ramadhan tahun ini,...jujur saya masih merasa belum ada peningkatan atas ibadah2 daripada hari biasanya maupun dari ramadhan tahun lalu,...namun tetap optimis bahwa Allah SWT pasti akan menerima ibadah2 kita seberapa pun itu.

ramadhan tahun ini pula, kami sekeluarga juga jarang berkumpul untuk berbuka bersama secara lengkap. ada saja kesibukan dan tugas yang mendera waktu kami sekeluarga, baik saya yang masih saja berjibaku dengan pekerjaan maupun istri yang memenuhi amanah yang diembannya dari aktivitas sosialnya, mas alif, anak pertama kami yang sdh duduk dibangku sma dengan segala kesibukan dan bisnisnya yang mulai dirintis (abi msh saja berharap mas alif fokus pada pelajaran...merintis bisnis tdk salah dan memang harus dimulai dari sekarang, namun sebagai orang tua tetap berharap belum saatnya mencari penghasilan.....ada khawatir dan bangga dengan apa yg dicapai sekarang), salma, sitengah yang baru kembali dari asrama dengan laporan khatam qur'an..Alhamdulillah, kami bangga nak. amel, sibungsu yang selalu menemani umminya berbuka jika kami tak sempat berbuka dirumah. Namun satu hal dalam keluarga kami, selalu berkumpul diawal ramadhan untuk tarawih bersama dan saling memaafkan.

ramadhan, moment kerja2 yang ingin kami mulai dengan segenap perbaikan-perbaikan.

ramadhan,.....ada rindu dan keinginan yang kuat untuk saya dan keluarga memperbaiki diri dan mempererat silaturahim dengan sanak keluarga dan handai taula serta sahabat dan tetangga.

Ya Allah....meski hamba tak maksimal meningkatkan ibadah dibulan mulia ini, hamba tetap memohon dan berharap kepadaMU untuk dapat menerima amal kami sekeluarga dan menjadikan kami orang-orag yang senantiasa bersyukur kepadaMU.

Untuk ibu ku...semoga dengan melihatmu dalam keadaan sehat dan berpuasa menjadikan kami anak-anakmu selalu mendoakanmu. love u.

untuk keluargaku....semoga kita senantiasa saling menyanyangi dan mengingatkan untuk tetap sederhana dan selalu dalam jalanNYA.

robbana taqobbaldu'a.

Thursday, May 5, 2011

Motivasi Corner


Jangan berhenti. Bukan karena berhenti akan menghambat laju kemajuan anda.

Namun sesungguhnya alam mengajarkan bahwa anda tak akan pernah bisa berhenti.

Meski anda berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak anda mengelilingi matahari.

Maka, bergeraklah, beramallah, berkaryalah. Berkarya bukan sekedar untuk meraih sesuatu.

Berkarya memberi kebahagiaan diri.

Air yang tak bergerak lebih cepat busuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat.

Mesin yang tak dinyalakan lebih gampang berkarat. Hanya perkakas yang tak digunakanlah yang disimpan dalam laci berdebu.

Jangan berhenti berkarya, atau anda segera menjadi tua dan tak berguna.

Label: Motivasi Corner

Saturday, April 2, 2011

email dari sahabat di trengganu

Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,



Ada satu ungkapan yang menjadi keinginan semua orang yang terlibat dalam dakwah dan tarbiyah iaitu :

"Banyak dalam kuantiti dan bagus dalam kualiti".



Ungkapan ini bukanlah suatu khayalan tetapi Allah swt sendiri memberikan isyarat kemungkinannya sepertimana firman Allah swt dalam ayat berikut :



"Dan berapa banyak para nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Kerana itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran : 146-148)



Ada tiga isi penting dari ayat di atas :



PERTAMA :



Kenyataan bahwa para nabi memerlukan pengikut dalam jumlah yang besar sebagai barisan mujahid fi sabilillah.



KEDUA :



Pengikut-pengikut mereka itu pula adalah ‘Rabbaniyyin’ iaitu mereka memiliki kualiti yang hebat dalam medan perjuangan di mana mereka :



a. Tidak mudah lemah dalam menghadapi ujian dunia.

b. Tidak mudah lesu dalam menghadapi kesulitan perjuangan.

c. Tidak mudah menyerah kepada musuh-musuh Allah.



KETIGA :



Mereka adalah orang-orang yang menyedari kelemahan dan kesalahan diri mereka. Cara mereka menghadapinya adalah dengan sentiasa memohon keampunan Allah dan bertaubat dari kesalahan dan kekeliruan serta menggantungkan diri semata-mata kepada Allah swt dalam menghadapi musuh.

Tiga isi inilah yang menggambarkan agenda tarbiyah yang perlu diusahakan oleh kita sekarang ini iaitu :



1. Bermula dengan usaha yang sistematik untuk merekrut dan mencetak aktivis dakwah sebanyak-banyaknya.

2. Kemudian mentarbiyah mereka secara ‘manhaji’ agar memiliki kualiti yang hebat.

3. Seterusnya membangun sistem dan iklim dakwah yang baik iaitu kemampuan untuk menghidupkan semangat :

a. Kekuatan hubungan dengan Allah swt.

b. Muraqabatullah dan muhasabah diri.

c. Kerjasama dan tolong menolong.

d. Melakukan suatu amal dengan terbaik.



AGENDA PERTAMA : MEMPERBANYAKKAN PEMBENTUKAN AKTIVIS



Merekrut aktivis dakwah adalah usaha untuk memberi jalan kepada manusia bagi mendapatkan hidayah dan pilihan Allah swt. Hasil akhirnya bergantung kepada kesediaan manusia untuk datang kepada Allah dan pada kehendak mutlak Allah swt sendiri.



"... Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama) Nya, orang yang kembali (kepadaNya)." (QS As Syuura : 13)



Oleh kerana itu, misi dakwah untuk merekrut manusia ke dalam Islam dan dakwah hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang secara sedar telah memutuskan dirinya untuk berkhidmat kepada Islam.



Ini adalah kerana seorang pendakwah tidak mampu memberi hidayah tetapi sebenarnya ia hanya mampu menuntun manusia kepada hidayah itu.



"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS Al Qashash : 56)



Misi dakwah adalah untuk merekrut manusia ke dalam Islam dan dakwah hanya mampu dilakukan oleh mereka yang menjadikan dakwah sebagai pekerjaan utama dan yang terbaik, dengan mengharapkan ganjaran semata-mata dari Allah swt.



"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal soleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al Fushshilat : 33)



"Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas seruan-seruan itu. Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam." (QS Asy Syu’ara : 109)



Dengan orientasi seperti inilah, setiap aktivis dakwah akan memiliki persiapan untuk berdakwah. Kejayaan untuk merekrut manusia kemudiannya akan ditentukan oleh kesungguhan dan kepasrahannya dalam mengajak manusia. Hari-harinya adalah waktu dakwah.



Perhatikan ungkapan Nabi Nuh as :



"Nuh berkata : "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang." (QS Nuh : 5)



Ayat ini menggambarkan, dalam setiap kesempatan apapun, keberadaan di manapun dan dalam situasi dan keadaan apapun, Nabi Nuh menjadikan dakwah sebagai misi besar dan utamanya.



Kejayaan dalam mencetak aktivis dakwah baru juga akan ditentukan oleh sikap :



Mengembangkan Generasi



bukan



Mengerdilkannya.



Perhatikan peringatan Allah swt :



"Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, kerana kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (QS Ali Imran : 79)



Nabi Zakaria as, dalam usianya yang sudah senja, masih memiliki kemahuan yang kuat untuk dapat mengembangkan generasi dakwah.



"Ia (Zakaria) berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku sudah beruban. Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khuatir terhadap penerus sepeninggalanku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul. Maka anugerahkanlah kepadaku dari sisi Engkau seorang putera. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub. Dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai." (QS maryam : 4-6)



Prinsip dan sikap seperti inilah yang diperlukan oleh setiap aktivis dakwah sehingga mampu menggerakkan kekuatan pengkadiran dakwah secara optimum. Dakwah tidak dipandang sebagai bebanan kerana ia adalah jalan kehidupan kita (Sabilil-Mu’minin).



AGENDA KEDUA : MENINGKATKAN KUALITI AKTIVIS



Tidak ada kejayaan yang terbaik dalam mencetak aktivis berkualiti kecuali apa yang telah dilakukan oleh Rasul kita, Nabi Muhammad saw.



Dengan izin Allah swt, baginda mampu mencetak :



1. Pedagang menjadi pejuang.

2. Tukang pukul menjadi pemimpin yang zuhud.

3. Pemuda menjadi ulama’.

4. Hamba menjadi pentadbir.



Apakah kunci kejayaan Tarbiyah Islamiyah yang dilakukan oleh Rasulullah saw?



KUNCI PERTAMA : MENGUKUHKAN BANGUNAN KEYAKINAN



Rasulullah saw memulai pembentukan keperibadian aktivis dengan menanamkan bangunan keyakinan baru secara utuh. Keimanan akan betapa berkuasanya Allah, keyakinan akan kebenaran Islam serta kefahaman yang kukuh akan jalan dakwah Islam dan kerinduan yang sangat besar terhadap syurga. Keyakinan seperti inilah yang membentuk orientasi dan wawasan hidup para sahabat. Di sinilah lahirnya apa yang disebut sebagai pendukung Islam dan dakwah.



Ketika bangunan keyakinan ini kuat dan terpelihara, maka sikap dukungan terhadap Islam dan dakwah para sahabat tetap membara sehingga seorang sahabat seperti Khalid bin Al Walid begitu sedih apabila beliau menemui kematiannya di atas tempat tidur.



Sebagai murabbi, Rasulullah saw sentiasa mengingatkan para sahabat baginda akan keyakinan dan orientasi ini khususnya ketika para sahabat mengalami ujian dan cubaan yang sukar dalam kehidupan mereka.



Sekali lagi, rahsia pertamanya adalah :



a. Keimanan yang kuat terhadap Allah swt.

b. Keyakinan yang kuat akan kebenaran Islam.

c. Kefahaman yang kukuh tentang jalan dakwah dan kerinduan yang dalam terhadap syurga.



Yang diperlukan sekarang adalah bagaimana program-program tarbiyah dalam berbagai tahap dan dalam berbagai forum mampu dihiasi dengan usaha untuk menyegarkan dan mengukuhkan bangunan keyakinan ini.



1. Ruh pengabdian menjadi sesuatu yang mutlak untuk dihidupkan dalam berbagai perjumpaan-perjumpaan.

2. Mengkaji sejarah kehidupan para anbiya’, para salafus-soleh dan para mujahid dakwah akan memberi pengaruh yang kuat terhadap kekukuhan dukungan terhadap Islam dan dakwah.

3. Diskusi dan kajian secara mendalam akan manhaj dakwah dan asas-asasnya, perlu dilakukan secara rutin pada bahagian awal perjumpaan yang bersifat ‘tarbawi’ atau ‘tanzhimi’.

4. Membiasakan untuk menilai hasil-hasil pekerjaan, bukan sahaja dari sudut-pandang pengurusan, tetapi juga pengajaran dan hikmah ‘rabbaniyah’ yang terkandung di dalamnya.



KUNCI KEDUA : MENDEKATKAN INTERAKSI DENGAN AL QUR’AN



Kunci kedua adalah kuatnya interaksi secara langsung antara ayat-ayat Allah dengan perjalanan kehidupan. Sebagaimana yang kita fahami bersama, turun naik perjalanan kehidupan Rasulullah saw bersama sahabat-sahabatnya adalah seiring dengan turunnya ayat-ayat Al Qur’an sehingga, bukan sahaja kehidupan itu berjalan di bawah bimbingan atau pengarahan dari langit (Taujih Rabbani), tetapi juga dapat dilihat dari interaksi secara langsung dan kuat dengan Al-Qur’an sebagai acuan kehidupan (Minhajul-Hayah). Inilah yang menjadi sebab kenapa Sayyid Qutb menyebut para sahabat itu sebagai Generasi Al Quran (Jiil-Qur’ani).



Dalam konteks semasa, interaksi dengan Al Qur’an bukan hanya sebatas aspek tilawah, hafazan dan kefahaman, namun yang lebih penting adalah pada sisi pengamalan Islam dan dakwah yang terus mengarah kepada bimbingan Al Qur’an. Sudah semestinyalah, setiap aktivis dakwah mampu menjelaskan seluruh aktiviti hariannya dengan acuan Al Qur’an dan berusaha untuk menemui jawaban ke atas seluruh persoalan-persoalan hariannya dalam Al Qur’an.



Salah satu kayu ukur dalam menilai sudut ini ialah apabila seseorang aktivis dakwah itu memiliki kedekatan dengan Al Qur’an terjemahan di mana melalui terjemahan inilah aktivis-aktivis dakwah tersebut akan sentiasa mentadabbur ayat-ayat Allah untuk memahami dan menjelaskan kehidupannya.



Untuk menjawab halangan-halangan terhadap peningkatan kualiti ini, maka perlu segera dilakukan usaha mendekatkan interaksi seseorang aktivis dengan Al Qur’an. Misalnya dalam enam bulan pertama memulai proses tarbiyah, setiap ‘mutarabbi’ dibuat perancangan supaya mampu menguasai bacaan Al Qur’an dengan baik. Enam bulan berikutnya, mereka diprogramkan untuk menghafal ayat-ayat keimanan, khususnya pada juz 30. Masa-masa seterusnya, program hafazan Al Qur’an disesuaikan dengan tema-tema pembahasan tarbiyah sehingga kefahaman keislaman dan fikrah dakwah dapat diikuti dengan hafazan ayat-ayat yang berkaitan.



Kegiatan ‘taushiyah’ dalam ‘liqa’ tarbawi’ boleh diselang-selikan dengan ulasan tafsir dari ayat-ayat tilawah yang sedang dibaca. Tentu sahaja, ulasan tafsir ini diarahkan untuk merujuk kepada kitab-kitab tafsir yang sudah banyak diterjemahkan. Begitu juga pembahasan terhadap berbagai permasaalahan dakwah perlu diusahakan untuk melihat kepada tinjauan terhadap Al Qur’an sehingga kefahaman dan penguasaan aktivis terhadap makna dan pengajaran dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut menjadi kuat.



KUNCI KETIGA : MEMBIMBING KEPADA PENERAPAN AMAL



Islam adalah agama amal dalam ertikata bahwa Islam mengutamakan kebaikan amal sebagai bukti dari keimanan dan kefahaman. Seterusnya, penerapan amal justeru akan mempercepatkan dan memperkukuhkan bangunan keimanan dan kefahaman terhadap Islam. Tentu sahaja semua ini dilakukan dengan menjaga agar setiap amal yang dilakukan sentiasa berlandaskan keikhlasan dan kefahaman.

Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah saw dalam mentarbiyah umatnya. Mereka menjadi ‘Qaumun ‘Amaliyyun’ atau orang yang sentiasa beramal.



"Dan katakanlah: "Beramallah kamu, maka Allah dan RasulNya beserta orang-orang mu’min akan melihat amalmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata. Lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS At Taubah : 105)



Ketika arahan amal begitu kuat dalam Islam, hal ini mendorong para sahabat untuk sentiasa berkomunikasi dan bermesyuarat dengan Rasulullah saw dalam kapasiti baginda sebagai nabi, ketua dan juga hakim. Dari sinilah kefahaman mereka bertambah seiring dengan banyaknya amal. Kebaikan mereka berlipat kali ganda seiring dengan kesalahan yang diperbaiki. Keyakinan mereka menjadi semakin kuat seiring dengan kemenangan amal yang mereka raih sehingga akhirnya, keyakinan Islam mereka semakin kukuh kerana Rasulullah saw sentiasa menjanjikan balasan syurga kepada mereka yang berjaya dalam beramal soleh.



Tarbiyah bukanlah semata-mata untuk tarbiyah, tetapi tarbiyah adalah untuk dakwah. Kita adalah pertubuhan dakwah, bukan pertubuhan tarbiyah. Oleh kerana itu, peningkatan kualiti aktivis dakwah akan menuju kepada prinsip ini iaitu bagaimana para ‘mutarabbi’ sejak awal tarbiyahnya lagi diarahkan dan dibimbing untuk mulai mengamalkan Islam dan dakwahnya.



Murabbi yang berjaya adalah yang mampu menjadikan mutarabbinya sebagai subjek dakwah dan bukan objek dakwah.



Ingatlah firman Allah swt :



"Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, kerana kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (QS Ali Imran : 79)



Akhirnya kita menemui satu kata kunci iaitu ‘Tajribah Maidaniyah’ atau pengalaman di medan sebenar adalah cara yang berkesan untuk mematangkan keyakinan, kefahaman dan kemampuan amal seseorang aktivis.



Ilmu Allah yang sangat luas akan diajarkan kepada kita ketika kita ada di medan kehidupan sebenar untuk mengamalkan ajaran Islam dengan penuh tawakal.



"... Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarkanmu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS Al Baqarah : 282)



KUNCI KEEMPAT : MENGUTAMAKAN KETELADANAN DAN KEPIMPINAN YANG BAIK



Perilaku dan amal para pendakwah adalah cerminan dari dakwahnya. Mereka adalah teladan dalam pembicaraan dan amalan.



Slogan mereka adalah "Ashlih Nafsaka, Wad’u Ghairaka" (perbaiki dirimu, kemudian serulah orang lain).



Rasulullah saw telah menampilkan keteladanan ini dalam dirinya. Sungguh, beliau adalah teladan yang sempurna bagi manusia. Baginda adalah teladan bagi setiap pendakwah, setiap pemimpin, setiap bapa dari anak-anaknya, setiap suami dari isterinya, setiap sahabat, setiap murabbi, setiap pengamal politik dan berbagai tingkatan sosial manusia yang lain.



Dengan cara inilah, Rasulullah saw berjaya dalam membentuk sahabat-sahabatnya. Islam menampilkan keteladanan sebagai wasilah dakwah dan tarbiyah yang paling berkesan sehingga Islam menetapkan sistem tarbiyah yang berterusan berdiri kukuh di atas dasar prinsip keteladanan tersebut.



Sesungguhnya, kebaikan amal seorang pendakwah adalah khutbah yang paling mantap. Akhlaknya yang mulia bagaikan "sihir" yang memikat hati. Oleh kerana itulah, seorang pendakwah yang berjaya adalah pendakwah yang mengajak kepada kebenaran dengan perilakunya, meskipun dia sedikit berbicara. Ini adalah kerana peribadinya telah menjadi contoh yang hidup dan bergerak memperagakan prinsip-prinsip yang diyakininya.



Munculnya gejala penurunan kualiti aktivis dakwah sekarang ini berkemungkinan disebabkan kerana lemahnya keteladanan yang ditampilkan oleh para pendakwah dan para pemimpin. Masyarakat tidak dapat belajar secara langsung tentang kebaikan dari pendakwah dan pemimpinnya atau bahkan mereka mungkin dikejutkan dengan perilaku yang kontradiktif dari pendakwah dan pemimpinnya.



Untuk tujuan tersebut, walauapapun usaha peningkatan kualiti aktivis yang akan kita lakukan, pada akhirnya ianya perlu disempurnakan dengan keteladanan dan kepimpinan yang baik dari para murabbi dan pendakwah. Kita tidak berhak menegur aktivis dakwah yang lemah kualitinya, selama mana kita sendiri belum mampu mengajarkan dan menunjukkan mereka tentang keteladanan.



AGENDA KETIGA : MENGEMBANGKAN IKLIM NASIHAT MENASIHATI



Ketika kita bekerja untuk menyediakan aktivis berkualiti dalam jumlah yang banyak, langkah penting seterusnya adalah melakukan pemeliharaan aktivis. Pemeliharaan ini mencakupi aspek keperibadian Islam dan keperibadian pendakwah mereka, sehingga kehidupan dakwah ini terus sihat dan kuat.



Tentu sahaja banyak cara yang boleh dilakukan untuk tujuan ini dan salah satunya adalah mengembangkan iklim atau budaya nasihat menasihati (Taushiyah).



Masyarakat mu’min di antara ciri-cirinya adalah kuatnya budaya ‘taushiyah’ dan ‘amar ma’ruf nahi munkar’. Mereka memandang perkara ini sebagai keperluan untuk menjaga kebaikan Islam. di samping sebagai hak kewajiban seorang mu’min ke atas mu’min lainnya dan yang lebih penting, ini merupakan salah satu misi dakwah Islam.



Dalam sejarahnya, kehancuran umat terdahulu adalah kerana mereka tidak mengembangkan iklim ‘taushiyah’ dan ‘amar ma’ruf nahi munkar’. Boleh jadi hal ini bukan kerana kebodohan mereka terhadap ajaran agama, tetapi kerana kungkungan budaya tertentu. Misalnya sikap takut untuk menegur orang lain terutama yang status atau darjat sosialnya dianggap lebih tinggi atau rasa tidak sedap hati yang akan menyinggung perasaan orang lain. Sikap-sikap ini akan membawa kepada pengabaian terhadap kesalahan yang berlaku kepada saudara kita. Jika perkara ini terus berlaku, maka sensitiviti kita terhadap kemunkaran yang berlaku dalam kehidupan dakwah boleh lenyap. Inilah pintu malapetaka yang nyata bagi dakwah.



Ada banyak cara untuk mengembangkan iklim ini. Yang paling asas adalah menghidupkan kembali suasana Ukhuwah Islamiyah di kalangan aktivis. Manakala interaksi persaudaraan hidup dengan baik di mana sesama aktivis saling menjalin silaturahim dan berbagai bentuk mu’amalah lainnya.



Ini akan membuatkan seorang akh mengenali dengan betul keadaan saudaranya yang lain. Semakin kita kenal dengan saudara yang lain, semakin kita tahu akan kebaikan atau kekurangannya. Di sinilah peluang amal soleh untuk melakukan ‘taushiyah’ terbuka. Secara tabi’ienya, seseorang merasa lebih nyaman dan lapang apabila yang memberi ‘taushiyah’ adalah orang yang dekat dengannya.



Kemudian, peranan ‘taushiyah’ yang dilakukan setiap murabbi iaitu bagaimana seorang murabbi menjadikan halaqah tarbiyah sebagai wasilah yang berkesan untuk mentaushiyah para mutarabbinya.

Nasihat-nasihat yang diberikan sesuai dengan persoalan kehidupan mereka sehingga para mutarabbi sentiasa terbimbing untuk istiqamah di jalan Islam. Untuk itu, interaksi antara murabbi dan mutarabbi tidak boleh hanya sebatas di dalam halaqah semata-mata. Interaksi yang lebih bersifat peribadi di luar waktu halaqah menjadi penting agar kedua belah pihak lebih saling mengenali. Ingatlah agama itu adalah nasihat.



Yang terakhir yang perlu dilihat secara serious juga adalah peranan kepimpinan di semua peringkat dan tingkatan. Taushiyah seorang pemimpin yang disampaikan secara bijaksana dan penuh ungkapan kasih-sayang, bukan sahaja akan meluruskan orientasi dan proses kerja tetapi juga akan menguatkan kesepaduan organisasi kerana orang-orang yang di dalam organsasi itu tidak merasa terikat secara pentadbiran semata-mata, tapi juga dengan ikatan hati sehingga menjadi sesuatu yang sangat penting dan mendesak.



Ia juga penting untuk para pemimpin dakwah khususnya yang ada di bahagian operasi untuk mengukuhkan peranan kepimpinan kerohaniannya serta tidak terjebak sebatas kepimpinan pentadbiran yang fungsi dan peranan kepimpinannya hanya muncul ketika halaqah berbentuk organisasi sahaja.



Dalam konteks kepimpinan organisasi, perlu disediakan saluran agar antara para pemimpin dan anggota-anggota organisasinya di setiap tahap dan tingkatan boleh bertemu dan membicarakan perkara-perkara penting secara bersama. Di dalam forum ini, disampaikan perkembangan dan permasalahan dakwah yang perlu diketahui oleh para anggota dan para pimpinan berusaha untuk mendapatkan masukan-masukan yang sebanyak-banyaknya dari para anggota. Setiap anggota pula berhak untuk menyampaikan kritikan dan cadangan pembaikan secara terbuka dan konstruktif dalam forum ini.



Apabila iklim ‘taushiyah’ dan ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hidup dengan baik di semua aspek, insya Allah kehidupan dakwah ini akan sentiasa sihat dan kuat kerana setiap potensi dan gejala penyakit boleh dikesan dengan cepat secara spontan.



Menumpuknya masalah yang mengganggu organisasi dakwah biasanya akibat dari tidak hidupnya iklim ini sehingga semua persoalan mesti ditanggung oleh organisasi.



Perhatikan firman Allah swt :



"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar. Mendirikan solat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS at Taubah : 71)



Ya Allah, berilah pertolongan dan kekuatan kepada kami untuk kami mampu menuntun manusia kepada jalan hidayahMu serta meningkatkan jumlah pengikut yang sanggup berkorban di jalanMu. Jadikanlah kami golongan ‘Rabbaniyyin’ yang mempunyai kualiti keimanan dan ketabahan serta mampu melihat segala kelemahan dan kesilapan kami sehingga kami cepat memohon taubat dan keampunan dariMu.



Ameen Ya Rabbal Alameen

WAS

Tuesday, March 1, 2011

Penyelamat Kegelinciran


Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,



Manusia tetap sebagai manusia dan mereka bukanlah malaikat.

Rasulullah saw sebagai hamba Allah yang menjadi contoh tauladan juga adalah seorang manusia di mana baginda tetap memiliki tabiat kemanusiaan kerana seandainya peribadi teladan untuk manusia itu bukan jenis manusia, maka sudah tentu tidak ada manusia yang boleh mengikutinya dan ini bermakna ia tidak mungkin dijadikan contoh tauladan.



Meskipun tetap dengan kemanusiaannya, Rasulullah saw memiliki tingkatan ‘Al-Ma’shum’ (Yang terpelihara dari dosa) kerana keimanannya yang tinggi dan Allah swt merahmatinya dengan sentiasa meluruskannya dari kesalahan.



Iman sahajalah yang membuatkan Rasulullah saw :

1. Memiliki kemahuan yang kuat.
2. Cita-cita yang tinggi.
3. Mampu terhindar dari bisikan syaitan melalui hawa nafsu.

Syaitan adalah pemangsa orang yang :

1. Lemah semangat.
2. Tidak percaya kepada diri sendiri.
3. Bersikap pesimistik.
4. Tidak kuat kemahuannya.

Orang-orang seperti ini mudah terjebak dengan bisikan syaitan.

Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah :

"Jika syaitan melihat seseorang memiliki kemahuan yang lemah, cita-cita yang rendah, condong mengikuti hawa nafsu, maka syaitan sangat menginginkannya, membantingnya dan mengekangnya dengan kekangan hawa nafsu dan kemudian mengendalikannya ke arah mana yang ia kehendaki.



Namun, jangan pula kita menganggap bahwa kita mampu menaklukkan hawa nafsu kerana kita merasa memiliki semangat yang tinggi, optimistik, sangat percaya kepada diri sendiri serta kuat kemahuan kerana sebenarnya perasaan seperti itu akan membuka celah syaitan untuk menyelinap lalu menguasai hati.”



Ibnul Qayyim mengistilahkan perkara ini dengan “perampasan dan pencurian" syaitan seperti berikut :

“Jika syaitan merasa orang itu memiliki kemahuan yang teguh, jiwa yang mulia dan cita-cita yang tinggi, maka ia tidak menginginkan orang tersebut kecuali dengan jalan perampasan dan pencurian."



Cuba kita perhatikan perkataan Saiyidina Ali ra.

Menurutnya, ada empat (4) situasi kebaikan tertentu yang paling berat untuk dilakukan iaitu :

1. Memaafkan ketika marah.
2. Berderma ketika dalam keadaan sulit.
3. Menjaga diri dari dosa (iffah) ketika sendirian.
4. Menyampaikan kebenaran kepada orang yang ditakuti atau diharapkan.

Renungkanlah di mana situasi-situasi seperti itulah sebenarnya yang sering cenderung untuk berlakunya perampasan dan pencurian syaitan.



SITUASI 1

Amat sukar sekali memberi maaf ketika justeru amarah seseorang meletup dan dalam keadaan mampu melampiaskannya.



SITUASI 2

Amat sukar sekali memberi apapun dalam keadaan kita sendiri sangat memerlukannya.



SITUASI 3

Amat sukar sekali untuk memelihara diri dari dosa apabila kesempatan untuk melakukannya berulangkali terbuka luas di depan mata kita, apalagi jika kita tahu tidak ada orang lain yang melihat tingkah laku kita saat itu.



SITUASI 4

Sekuat manakah kemampuan kita menyampaikan kebenaran kepada orang yang kita takuti? Atau kepada orang yang justeru kita menanam harapan kepadanya?

Sebenarnya pada situasi-situasi seperti itulah, kita sebagai manusia seringkali tergelincir.

Namun, di sana ada satu perkataan yang sangat mudah untuk disebut tapi sukar untuk dibangunkan yang mampu untuk mengatasi berbagai situasi yang dihadapi oleh manusia, iaitu ‘KEIKHLASAN’.

Keikhlasan adalah kunci dan penyelamatnya di mana ia akan :

1. Membawa seseorang mudah memaafkan di saat marah.
2. Menjadikan seseorang ringan memberi meskipun ia memerlukannya.
3. Membuat seseorang tidak memandang situasi dalam beramal dan menjauhi maksiat, meskipun tidak seorangpun melihatnya.
4. Membuatkan orang tidak memandang risiko apapun dalam menyampaikan kebenaran.

Berkat dari keikhlasanlah, Rasulullah saw tercatat berhasil melalui saat-saat yang dianggap paling sukar tersebut.

Rasulullah saw adalah peribadi yang :

1. Paling mudah memberi maaf.
2. Paling banyak memberi, laksana angin yang berhembus.
3. Paling terpelihara dari penyimpangan.
4. Paling berani menyampaikan kebenaran kepada sesiapapun.

Benarlah ucapan Ibnul Jauzi rahimahullah sebagaimana yang dinukilkan oleh Muhammad Ahmad Ar Rasyid di dalam kitabnya ‘Ar Raqaaiq’ :

“Barangsiapa yang telah mengintip pahala (yang dituai kerana keikhlasan), niscaya menjadi ringanlah semua tugas yang berat itu."



Mari kita lihat pula bagaimana kewujudan ketulusan dan keikhlasan yang dimiliki oleh Ibnu Abbas :

“Bila aku mendengar berita tentang hujan yang turun di suatu daerah, maka aku akan gembira, meskipun aku tahu di daerah itu tidak mempunyai binatang ternak atau padang rumput. Bila aku membaca sesuatu ayat dari Kitabullah, maka aku ingin agar kaum muslimin semua memahami ayat itu seperti apa yang aku ketahui."



Orang seperti Ibnu Abbas ini tidak pernah memikirkan apa yang ia perolehi dari kebaikan yang ia lakukan. Ia cukup merasa bahagia hanya dengan mendengar informasi kebaikan yang mungkin tidak terkait langsung dengan kepentingannya.



Untuk meneliti dengan lebih mendalam lagi tentang keikhlasan ini, mari kita lihat apa yang dikatakan oleh Imam Syafi‘ie :

“Aku ingin kalau ilmu ini tersebar tanpa diketahui penyebarnya…."

Pendakwah dan mujahid Islam yang terkenal, Imam Hasan Al Banna pernah mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Ahmad Ar Rasyid di dalam kitabnya ‘Al Awa’iq’ :

"Ikhlas itu kunci kemenangan."



Menurut Imam Al-Banna, para salafusholeh yang mulia, tidak menang kecuali kerana :

1. Kekuatan iman.
2. Kebersihan hati.
3. Keikhlasan niat.

“Jika kamu sudah memiliki tiga ciri-ciri tersebut, maka ketika engkau berfikir, Allah akan mengilhamkan kepadamu petunjuk dan bimbingan. Jika engkau beramal, maka Allah akan mendukungmu dengan kemampuan dan keberhasilan…”



Imam Hasan Al-Banna begitu serius memandang masalah ini sehingga setelah kalimah tadi, ia mengatakan :

“,… Tapi, jika ada di antara kamu yang hatinya sakit, cita-citanya cacat, diselimuti oleh motif sikap ego (tanda tidak ikhlas), masa lalunya pun penuh masaalah, maka keluarkan ia dari barisanmu! Kerana orang seperti itulah yang akan menghalangi rahmat dan taufik Allah swt.”



Kita melihat bahwa kata-kata Imam Hasan al Banna tersebut tidaklah berlebihan kerana orang yang tidak ikhlas secara umumnya tidak akan selamat dalam perjalanannya sepertimana yang ditulis oleh Imam Al Jauzi di dalam kitabnya ‘Shaidul Khatir’ :

“Hanya orang yang tidak ikhlas yang akan tergelincir.”



Dengan keikhlasan, kita akan menjadi orang tidak mudah diperdayakan oleh nafsu dan itulah nikmat yang hanya dirasakan oleh para ‘mukhlishin’.



Ini juga sepertimana yang tercatat dalam untaian nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa :

“Mengutamakan kelazatan iffah (menjaga diri dari perbuatan durhaka), lebih lazat daripada kelazatan maksiat.”



Dalam kesempatan lain beliau mengatakan :

"Rasa sakit yang ditimbulkan oleh mengikuti hawa nafsu lebih dahsyat daripada kelazatan yang dirasakan seseorang kerana memperturutkan hawa nafsu."

Sebagai akhirnya, marilah kita benar-benar meresapi perkataan salafusholeh yang dikutip oleh



Muhammad Ahmad Ar Rasyid dalam kitabnya ‘Al-Awa’iq’ :

“Berusaha sekuat tenaga menekan hawa nafsu itu adalah kelazatan. Kelazatan di atas segala kelazatan.”

Ya Allah, jadikanlah keikhlasan sebagai asas dalam setiap niat, amalan dan gerakerja kami supaya kami sentiasa lurus dalam orientasi kami kepadaMu dan terhindar dari segala kegelinciran samada melalui bisikan syaitan mahupun perangkap hawa nafsu kami.

Ameen Ya Rabbal Alameen

WAS


(email dari akh abdul malik bin moh isa)

Friday, February 25, 2011

Innalillahi wa innailahi rojiun


innalillahi wa innailahi rojiun.
telah berpulang salah seorang keluarga besar kami di PT. Dunia Bahasa Swara (DBSystem) bapak Dariwan, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT.

Kenangan terakhir kebersamaan saat buka puasa bersama tahun lalu.

Tuesday, February 15, 2011

Memilih sekolah untuk buah hati (part 1).

Tahun ajaran baru 2011/2012 sudah menjelang. Saatnya ayah bunda bersiap-siap memilih sekolah untuk buah hati, beragam sekolah menawarkan konsep pendidikan yang beraneka ragam, namun satu hal bahwa pendidikan untuk buah hati adalah pendidikan yang sesuai dengan fitrahnya.

Memilih sekolah untuk buah hati dibawah usia enam tahun terkesan susah-susah gampang, namun sekolah untuk buah hati usia dini bukanlah sekolah yang “serius”, tapi bagaimana fitrah buah hati tersalurkan dalam pendidikan formal dengan pola pendekatan yang mewujudkan dunia bermain dan keingintahuannya yang besar.

Yayasan IQRO’ saat ini mengelola tiga lembaga pendidikan yaitu TKIT, SDIT dan SMPIT. Taman Kanak Kanak Islam Terpadu IQRO’ yang telah berpengalaman selama 17 tahun, terus melakukan pengembangan terhadap apa yang menjadi fitrah buah hati melalui pendekatan pendidikan yang diajarkan dalam aktivitas sekolah. TKIT IQRO’ berusaha menjadi fasilitator dalam menstimulasi perkembangan buah hati baik fisik (motorik kasar dan halus), mental (kognitif), emosi, social, spiritual maupun perkembangan berbahasanya.

Banyak factor yang menjadi pertimbangan ayah bunda dalam memilih sekolah (biaya, lokasi, sarana dan prasarana), namun yang paling utama adalah melihat bagaimana “unconditional love” yang dimiliki oleh guru-gurunya, dengan pengalaman yang telah sekian lama, guru-guru TKIT IQRO’ dapat menerima setiap buah hati apa adanya dan mengembangkan lingkungan pendidikan yang berkualitas, selalu berusaha untuk mengerti buah hati dan mendorong buah hati untuk bisa dan bangga dengan kemampuannya.

Saat ini, pendekatan yang dilakukan dalam pengajaran di TKIT IQRO’ adalah melalui experiential learning, yaitu memberikan stimulasi kepada buah hati melalui pengalaman bermain dan bereksplorasi terhadap dunia disekitarnya dan active learning, yaitu melatih buah hati untuk selalu kreatif dalam menciptakan kreasi dari benda-benda disekitarnya. Kedua pendekatan tersebut diaplikasikan dalam pengajaran melalui 5 sentra, yaitu :balok, persiapan, eksplorasi, drama dan seni, yang diharapkan dapat mendorong kemandirian buah hati dan mengembangkan kemampuan social maupun kematangan emosinya dengan berlandaskan pada nilai-nilai keislaman yang tertuang dalam kurikulum sebagaimana yang telah ditetapkan dalam student profil yang berkelanjutan di lembaga pendidikan Yayasan IQRO’.

Student profile, atau profile anak didik didalam lembaga pendidikan Yayasan IQRO’ adalah para buah hati yang kami harapkan dan kami bimbing untuk memiliki karakter sebagai berikut :
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
2. Shohihul Ibadah (Ibadah yang benar)
3. Mati’nul Khuluq (berakhlaq yang kokoh)
4. Qowiyul Jismi (berbadan sehat/kuat)
5. Mutsaqoful Fikr (Pemikiran yang berwawasan)
6. Qodirun ala Kasbi (Mampu berusaha/Mandiri)
7. Munazam fi Su’uni (Rapih dalam segala urusan)
8. Haritsun ala Waqtihi (Disiplin dalam waktu)
9. Mujahidun Linafsih (Bersemangat tinggi)

Thursday, February 3, 2011

Pendidikan Berkualitas


Pendidikan Berkualitas

Bicara tentang pendidikan, bukan hanya bicara pada sisi akademik semata, tapi bagaimana pendidikan juga dapat menghasilkan dan melahirkan anak-anak masa depan yang berkualitas baik ke-ilmuan dan ketaqwaannya serta pola hidup dan aktivitasnya.
Perubahan kurikulum dalam beberapa tahun terakhir telah menyadarkan kita tentang pentingnya kekokohan dalam mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu me-manusia-kan dan mencerdaskan anak bangsa.

Kritikan terhadap kurikulum pendidikan dasar dan menengah mungkin seringkali kita dengar dari beberapa tahun lalu karena sifatnya yang sentralistis dan reduktif dalam mencapai tujuan memanusiakan dan mencerdaskan anak bangsa.

Pada tahun 2006, pemerintah mengeluarkan kurikulum baru yang dinamakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dimana kurikulum yang diinginkan oleh pemerintah adalah pentingnya melibatkan partisipasi aktif dan kreatif dari setiap intistusi pendidikan untuk menentukan kompetensi yang ditentukan.

KTSP memberikan ruang kreasi bagi pengelola sekolah, yang jika kita cermati adalah langkah maju dalam menentukan arah dari tujuan pendidikan, karena terbuka untuk pengelola sekolah ataupun guru dalam membuat rencana pengajaran, metode dan startegi pengajaran, penggunaan alat peraga sebagai penunjang pembelajaran dan hal kreatif lainnya. Pemerintah memang masih menetapkan standar, standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta standar lainnya tetapi kontekstualisasi dan aplikasi detail dan terperinci diserahkan kepada pengelola sekolah dan guru. Maka disinilah ide-ide segar dalam dunia pendidikan di sekolah dapat lahir dari para pendidik yang inovatif, kreatif, dan menjadi inspirasi bagi masa peserta didik untuk menggapai apa yang diimpikannya.

Pendidikan berkualitas menyatukan KTSP, Kurikulum Internal, untuk sekolah swasta yang mempunyai keunggulan semisal kontent agama, qur’an, hadits, tarikh dll serta kurikulum pendukung yang sangat penting yait uLlife Skill Education. Ketiga kurikulum tersebut telah mencakup Kognitif (kecerdasan), Afektif (perilaku) dan Psikomotorik yang menjadi satu kesatuan integral yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan dan menjadikan dasar dari student profile atau pencapaian terbaik akhir seorang anak baik spiritual, akademik, akhlak, jasmani, dan sosialnya.

Sebagaimana yang dituliskan dalam buku pendidikan oleh UNESCO, bahwa suatu proses pembelajaran yang dapat moulding the mind and character young generation, dengan merekomendasikan empat pilar belajar di-abad 21, yaitu : (1). Learning to know; (2) learning to do; (3) learning to live together; (4) learning to be.

Pendidikan berkualitas memadukan sekurang-kurangnya peserta didik sebagai pembelajar yang berkualitas (setiap anak berkualitas/cerdas), yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, melalui program pembelajaran yang berkualitas, dengan dukungan ekosistem pembelajaran berkualitas, didalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas. Hanya pembelajaran yang berkualitas yang mampu memberikan hasil pembelajaran berkualitas. (pendidikan nasional strategi dan tragedi, winarno surakhmad)

7 Keajaiban


TUJUH KEAJAIBAN

Seorang guru memberikan tugas kepada siswa-siswanya untuk menuliskan Tujuh Keajaiban Dunia.
Tepat sebelum kelas usai, siang itu, semua siswa diminta untuk mengumpulkan tugas mereka masing-masing.
Seorang gadis kecil yang paling pendiam di kelas itu, mengumpulkan tugasnya paling akhir dengan ragu-ragu. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan hal itu

Malamnya sang guru memeriksa tugas siswa-siswanya itu. Sebagian besar siswa menulis demikian:
Tujuh Keajaiban Dunia:
1. Piramida
2. TajMahal
3. Tembok Besar Cina
4. Menara Pisa
5. Kuil Angkor
6. Menara Eiffel
7. Kuil Parthenon

Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama.
Beberapa perbedaan hanya terdapat pada urutan penulisan daftar tersebut.
Tapi guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir
Tapi saat memeriksa lembar yang paling akhir itu, sang guru terdiam.

Lembar terakhir itu milik si gadis kecil pendiam
Isinya seperti ini: Tujuh Keajaiban Dunia:
1. Bisa melihat
2. Bisa mendengar
3. Bisa menyentuh
4. Bisa disayangi
5. Bisa merasakan
6. Bisa tertawa, dan
7. Bisa mencintai

Setelah duduk diam beberapa saat, sang guru menutup lembaran tugas siswa-siswanya..
Kemudian menundukkan kepalanya berdoa
Mengucap syukur untuk seorang gadis kecil pendiam di kelasnya, yg telah mengajarkannya sebuah pelajaran hebat.
Tidak perlu mencari sampai ke ujung bumi untuk menemukan keajaiban. Keajaiban itu ada di sekeliling kita untuk kita miliki
Bersyukurlah atas semua yg kita miliki hari ini.

-----------
Keajaiban bersyukur itu terjadi ketika kita mampu dengan kesungguhan hati
bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang ada yang menjadi penyebab
langgengnya karunia yang Allah limpahkan untuk kita dan Allah dapat saja menarik nikmat yang telah diberikannya kepada kita karena kita mengingkari atas nikmatNya.

'Dan ingatlah tatkala TuhanMu mempermaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti Aku tambah nikmatku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmatKu, makasesungguhnya adzabKu sangatlah pedih.' (QS. Ibrahim : 7).

Hidup ini mudah jika kita terbuka. Terbuka melihat hal-hal kecil di sekitar kita, terbuka menerima cobaan yang sedikit menghambat perjalanan kita, terbuka dalam berpikir begitu beruntungnya kita jika dibandingkan dengan orang lain, dan masih banyak lagi keterbukaan yang harus kita lakukan dalam menyikapi hidup

Dalam kondisi senang dan susah, sedih dan bahagia, tawa dan air mata semuanya
sama berartinya dalam hidup kita karena semuanya itu datangnya dari Allah.
Inilah yang disebut dengan keajaiban bersyukur.
Dalam keadaan apapun kita merasakan kedamaian hati, kita senantiasa menyadari hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah semata.

'Kenalilah Allah ketika dalam keadaan senang, niscaya Dia mengenalimu ketika dalam keadaan susah.' (HR. Ahmad).

di salin dari note fb ayesha.