Wednesday, October 30, 2013

Sebuah pesan masuk kedalam inbox FB ku,.......aku ingin cerita! Singkat dan tak ada kata lain yang menegaskan dari apa yang akan diceritakannya. Seorang sahabat lama, dulu adalah sahabat yang sangat dekat dan sempat terpisah sebab dia harus melanjutkan study ke Luar Negeri sehingga kami terputus kontak karena dulu belum ada handphone ataupun internet dengan fasilitas jejaring seperti saat ini dan menulis surat pun malas (?).

Saya segera me-replay pesan tersebut, monggo jeuuunnggg.......kalimat yang biasa saya gunakan dalam berkomunikasi dengan teman atau sahabat yang mempunyai kedekatan khusus dalam ruang persaudaraan hati kami. Selanjutnya komunikasi berlanjut dalam ruang chating untuk menentukan kapan, dimana, jam berapa kami akan bertemu untuk mendengarkan apa yang akan diceritakannya.

Sebuah coffee shop dibilangan Jakarta Selatan menjadi tempat tujuan pertemuan kami selepas jam kerja. Saat itu dengan kemacetan yang biasa kami hadapi dalam hari-hari kerja di Jakarta terlambat sepertinya menjadi hal yang biasa, namun terkomunikasikan dengan adanya sarana komunikasi melalui handhone apalagi jika ada Balckberry maka connecting tak akan terputus dalam 24 jam sehari begitu juga push email dari beberapa fasilitas handpone dan providernya.

Untuk bercerita melalui internet memang tidak semua apa yang akan diceritakan menjadi jelas dan lengkap, terkadang apa yang akan diceritakan dengan bahasa tulisan menjadi sangat sulit bahkan bisa jadi tak jelas apa yang akan diceritakan dari maksud diawal. Karena tidak semua orang dapat menulis tapi saya yakin semua orang dapat bercerita. Dan saya pun ingin merasakan apa yang diceritakannya menjadi lebih hidup dan terasa baik kebahagian dan kesedihan dalam ceritanya.
Hampir mendekati jam 7 malam, kami baru bisa bertemu. Selama hampir 2 jam pertemuan saya coba menjadi pendengar yang baik dari apa yang diceritakannya. Semua tentang sahabatku. Cerita yang terdengar adalah cerita tentang kaum urban Jakarta dengan segala hiruk pikuknya, yang pada akhirnya merambah pada wilayah pribadi dalam rumah tangga. Akhir dari kesimpulan yang dia ceritakan adalah dia ingin bercerai!!. Astaghfirullah.......

Wahai sahabatku, saudaraku.....aku bahagia mendengar engkau bahagia, aku bersedih mendengar engkau bersedih. Cobalah kembali untuk membangun pondasi rumah tangga yang dalam 13 tahun ini telah terkoyak, aku yakin, kamu bisa, kamu mampu dan kamu dapat melewati semua itu dengan keikhlasan dan kesabaran, lupakan apa yang telah terjadi, maafkan segala kesalahan dan kekhilafannya karena aku yakin kamu bisa, dan masih ada DIA yang akan selalu bersamamu dan anakmu.

Komunikasikan apa yang menjadi tujuan awal dari perjalanan rumah tangga, arahkan tujuan yang sama, dayung dengan arah yang sama karena CINTA membutuhkan itu. Jika kau masih belum bisa menerima maka belajarlah untuk menerima itu sebagai ujian dariNYA. Doa-doamu lah yang akan menguatkan “misaqon gholidzon” ikat yang kuat ini. Aku yakin kamu akan mencobanya dan terus jangan menyerah. Kedepan kau akan menjadi istri yang baik dan menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anakmu.
Sahabat terimakasih telah mempercayai aku sebagai teman curhatmu. Mudah2an aku dapat menyimpannya dan menjaganya.

Jarum jam hampir mendekati jam 9 malam, kami selesaikan cerita tersebut dengan tidak ada satu kesimpulan ataupun judgment atas apa yang terjadi, baik untuknya, untuk suaminya, tapi lebih pada kebutuhannya untuk bercerita. Semoga Allah menjauhkan niat bercerai sahabatku. Doaku untuk keluargamu, salam hangat untuk sikecil dan suamimu yang juga sahabatku.

Jakarta,Februari
maaf baru bisa di sharing saat ini dalam blog moga bisa kita ambil hikmahnya dan alhamdulillah sampai saat ini tidak ada perceraian diantara kedua sahabatku yang juga pasangan suami istri.

No comments:

Post a Comment