Friday, May 7, 2010

UN/UAN/UASBN........................?

ini adalah cuplikan dari status seorang teman di fb, yang coba saya sharing beserta comment2nya.

Gamar Bulan
Tragis begitu nonton TV pagi ada berita anak usia 12 thn mati gantung diri karena tertekan menghadapi ujian.Setelah sampai di sekolah melihat siswa yang lagi ujian,tiba2 menemukan kertas2 berisi jawaban di keranjang sampah.Dan kegelisahan siswa yg lagi mengerjakan soal ujian.Ya Allah...fenomena yg menyesakkan dada.Tak tega melihat nasib anak bangsa yg terbunuh karakter positifnya karena musibah UNAS.

Muhammad abubakr
What language is this?

Gamar Bulan
It is Indonesian language muhammad.

Gamar Bulan
Bener pak sam...sepakaaaaaatttttt........!!!!!!!!

Siska Yunita Sari
setuju....


Muhammad Abubakr
okey nice :)

Gamar Bulan
thanks...

Sudiati Sudik
Saya kibarkan bendera putih setengah tiang ................. Oh anandaku usahamu bertahun-tahun digilas dalam 3 hari. Apakah kita rela tertawa-tawa melihat stress masal dan kesurupan masal. Jangan lempar kesalahan pada para jin.

Rahma Cahyarini
Kalo di Bali lebih parah lagi,waktu UNAS berlangsung,dari SD - SMA semua siswa-nya di beri kesempatan menyontek.Karena terlalu bnyk libur,akhirnya target kurikulum tidak tercapaii.Hhuhh....mau jadi apa mereka nanti ? pembohong besar semua ???

Saleh Madhy
Antara setuju dan tidak, antara tidak dan setuju...... kok aku lebih setuju dengan UN. orang bijak berkata: kalau kita ingin sukses bertanyalah pada yang sukses.selama banyak sekolah yang mampu menghantarkan anak didiknya untuk dapat meraih kesuksesan mengahadapi UN, kenapa yang lain tidak merasa tercambuk oleh prestasi itu. Mohon maaf saya bukan ... See Moretenaga pengajar, tapi saya yakin pelajaran yang ada di semua sekolah itu sama. Pelajarannyapun saya yakin sama. Pengajarnyapun sama.... Guru. Yang diajarpun sama .... Murid. Lalu mengapa menimbulkan hasil yang beda???. Bahkan, saya pernah dengar pada system MIS, bahwa tidak ada anak yang bodoh?!.... kalau begitu, mengapa memunculkan hasil yang beda dengan persentase yang sangat besar?. yang paling penting mengapa yang lain bisa, kenapa kita tidak? Rupanya banyak yang udah lupa kata orang bijak....JANGAN PERNAH BERKATA TIDAK BISA, TAPI KATAKAN BAGAIMANA CARANYA....... KAPAN KITA AKAN SAMPAI KE TUJUAN KALAU KITA TIDAK PERNAH MELANGKAH. Saya setuju, karena kondisi ekonomi dan geografi negara kita membuat sebagian kecil mengalami kesulitan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya... tapi apakah harus kita korbankan yang lain?. Terbukti selalu ada peningkatan persentase kelulusan. Artinya banyak sekolah yang menyadari sistem yang dijalankan selama ini ternyata bisa ditingkatkan untuk mencetak hasil yang lebih baik.. Memang tidak mudah untuk menaikkan derajat atau kualitas atau apapun namanya. there is the price we've to pay. Apalagi sama sama kita tahu, ada sebagian sekolah yang pendidiknya sangat santai... saya yakin dengan sistem UN ini akan membuat mereka semua tidak terkecuali gurunya untuk selalu belajar dan belajar, karena sesungguhnya KESUKSESAN ITU ADALAH PEMBELAJARAN YANG TERUS MENERUS.Walaupun kadang sukses itu kita rasakan dengan sakit, tapi kita tidak boleh berhenti untuk belajar, untuk sukses......Tahun ini nilai rata rata UN tertinggi SMPN 1 Tulungagung. sedangkan siswa SMP dengan nilai tertinggi adlah dari Kebumen, Gianyar Bali, dan Badung Bali.
Mohon maaf kalau apa yang saya tuliskan ini kurang tepat, karena sesungguhnya ini pendapat pribadi dengan segala keterbatasan saya. Saya juga sedih melihat tampilan media yang membesar besarkan kegagalan, karena kegagalan itu akan menyeret kita untuk gagal. salam sukses.

Susiati Sudik
Ooi berbeda is boleh, setuju to. Tapi apa yang diukur dalam UN hanyalah ranah kognitif. Sedangkan kecerdasan manusia tidak hanya kognitif tp berganda alias banyak. Jd apa yang disebut pinter itu yg pinter kognitifnya saja? Pengalaman menyebutkan, di Indonesia ada 5 Rudi yang sukses dg kecerdasan yg berbeda. Rudy Habibi (BJ Habibi) yang pinter ... See Moreteknologi, ada Rudi Hartono yg pinter bulutangkis, ada Rudi Hadisuwarno yg pinter menata rambut, ada Rudi Salam yg pinter akting, ada Rudi Khairudin yg pinter masak. Waktu beliau2 masih sekolah paling yg dibilang pinter cuma Rudi habibi, yg lain mungkin dianggap tdk pinter. Tp toh mereka semua sukses dibidangnya masing-masing. Jadi sangat tdk bijak menentukan nasib dan jerih payah bertahun-tahun siswa hanya dg alat ukur kognitif. Kalo UN untuk mengukur salah satu mutu dan tingkat keberhasilan pendidikan di Indonesia bolehlah itu. Tp kalo untuk menentukan lulus atau tidak, sebaiknya dipikirkan lagi. Maaf.

No comments:

Post a Comment