Saturday, December 26, 2009

Ayah Ibu Kompak, Anak Akrab.

Ayah Ibu Kompak, Anak Akrab.
Al Ghozali ra dalam kitab ihya ulumuddin 3/62 berkata :...Ketahuilah, sesungguhnya metode pendidikan anak merupakan suatu yang paling penting dan wajib. Anak adalah amanah orangtuanya. Hatinya suci merupakan permata yang paling berharga. Bila dibiasakan dan diajarkan kebaikan, maka ia akan tumbuh diatasnya, dan berbahagia didunia dan akhirat. Sebaliknya, bila dibiasakan dengan kejelekan dan dibiarkan seperti binatang maka ia akan sengsara dan binasa.
Disini Al Ghozali, melihat pentingnya dan wajibnya orang tua tahu akan metode pendidikan anak, bukan hanya sekedar sebagai orang tua biologis bagi anak, tetapi bagaimana orang tua mempunyai peranan yang lebih besar baik secara spiritual, psikis, peran dan pembentukan karakter anak .
Orang tua, ayah ibu, mempunyai keinginan anak yang sholeh. Bahkan prosesnya pun dimulai sebelum mereka menikah. Mereka akan memilih pasangan yang sholeh dan sholehah agar dapat melahirkan dan mendidik generasi yang baik, kemudian pada saat suami istri akan melaksanakan kewajibannya mereka pun berdoa agar mendapat anak yang sholeh; (Bismillah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari gangguan syaithon dan jauhkan syaithon dari apa yang Engkau anugrahkan kepada kami).
Bahkan dalam satu hadits dikatan bahwa nabi berkata : “Saya berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukannya kepada suatu apapun”.
Dari sini sebenarnya kekompakan orangtua, ayah ibu sudah dimulai. Kemudian bagaimana kekompakan diaplikasikan dalam pendidikan anak-anak. Kekompakan tidak akan terjalin apabila tidak ada komunikasi diantara ayah dan ibu, ayah inginnya A ibu inginnya B, sehingga anak tidak tahu mana yang akan dia ikuti, ayah atau ibu.
Komunikasi antara ayah dan ibu juga bukan hanya sekedar komunikasi yang lantas membagi wilayah antara mereka, ayah hanya mengkomunikasikan pekerjaan dan menyerahkan gajinya lalu ibu mengkomunikasikan pembelanjaannya dari gaji yang diterima dari ayah, tetapi hendaknya komunikasi yang terjalin adalah komunikasi yang holistik/menyeluruh tentang fungsi dan peranan serta tujuan dalam rumah tangga.
Kita sering mendengar tujuan dari ber-rumah tangga adalah membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, itu adalah outputnya, inputnya sebagaimana diatas tadi, di mulai dari memilih pasangan, artinya setelah itu ada proses yang harus dilakukan oleh ayah ibu untuk mencapai tujuan tersebut. Yang tidak boleh berhenti hanya pada tataran hasil diatas kertas, tapi bagaimana hasilnya dapat dirasakan oleh semua yang ada didalam rumah bahkan diluar rumah.
Kekompakan ayah dan ibu dalam berkomunikasi dalam hal fungsi dan peranan sejak awal ditetapkan bahwa ayah adalah pemimpin, dan ibu pendamping. Ayah adalah qowwam dalam rumah tangga, tapi peranan ibu tidak kalah pentingnya. Bahkan Ibu digambarkan sebagai madroshatin aulad.
Dalam hal apa saja ayah ibu harus kompak?
1. Fungsi, peranan dan kedudukan ayah ibu dalam rumah tangga.
2. Pola pendidikan anak
3. Tujuan dalam rumah tangga.
Bicara tentang poin 1 dan 3 bukan hanya untuk dikupas habis tapi sejauh mana ini menjadi bahan renungan kita sebagai orangtua, ayah ibu. Fungsi dan peranan ayah ibu dalam rumah tangga hendaknya tidak tergantikan atau diagntikan oleh siapapun, atau bertukar peran secara permanen ayah ibu, tetapi sudah harus jelas sejak awal fungsi dan peranan ayah ibu dalam rumah tangga yang mempunyai tujuan, bagaimana jika rumah tangga tidak punya tujuan?
Bagaimana tentang pola pendidikan anak?
Sebelumnya kita sebagai orang tua, ayah ibu, harus mengetahui model seperti apa kita ini dalam mendidik anak? Ibu Ratna Megawangi (pakar homeschooling), mengatakan ada tiga model orangtua, yaitu orangtua yang demokratis, orangtua yang otoriter dan orangtua yang serba boleh. Ketiga model ini akan sangat berdampak pada pola pendidikan anak pembentukan karakter anak.
Biasanya model orangtua yang bagaimana akan sangat mudah dirasakan oleh anak dan kita pun akan dapat melihat kepribadian anak tersebut. Jika model orangtua yang serba boleh maka anak akan terus menerus bergantung pada orangtuanya karena apa saja yang di-inginkan oleh anak, ayah ibu pasti akan memberikannya tanpa pertimbangan, tanpa menanyakan maksudnya, sehingga bahkan dalam perkembangannya cenderung anak akan mengakali ayah ibunya untuk memuaskan keinginannya.
Model otoriter, anak akan melakukan apapun berdasarkan “kata” ayah atau “kata” ibu, anak tidak diberikan kesempatan untuk menyatakan keinginan dan pendapatnya, semua serba apa yang sudah menjadi keputusan dan kemauan ayah ibu. Anak dari model orang tua seperi ini akan sangat sulit mengembangkan dirinya, yang ada dia akan berontak dan atau menjadi anak yang kurang percaya diri.
Model Demokratis, anak akan melakukan apa yang sudah menjadi keputusan bersama mereka, yaitu ayah ibu dan anak, anak dengan model orangtua seperti ini biasanya menjadi anak-anak yang mudah bergaul dengan orang lain, anak yang berani mengeluarkan pendapat dan bertanggung jawab serta secara sosial dia telah mendapatkan sosial skill dalam pembelajaran karakter yang didapat dari ayah ibu, yang dumulai dari rumah.
Ayah ibu kompak, anak akrab. Kekompakan orangtua akan sangat dirasakan kehangatannya oleh anak, anak akan akrab dengan ayah ibu. Anak tidak akan malu bertanya segala hal yang ingin dia ketahui karena ayah ibu memberi peluang dan kesempatan serta didengar. Keakraban yang terjalin antara anak dengan ayah ibu merupakan harga yang tidak ternilai, akan menimbulkan sensasi luar biasa dalam menghargai dan menempatkan posisi anak dalam porsi yang sesuai,ke-akraban bukan berarti anak akan “ngelunjak” terhadap orang tua, tapi ke-akraban adalah penghormatan anak terhadap orang tua dan sebaliknya.
Kekompakan ayah ibu mencerminkan kasih sayang mereka, dan kasih sayang bukan hanya dengan kata-kata tetapi perbuatan/tindakan. Para ayah ibu yang cerdas, yang saling menyayangi akan menyediakan waktu, memberi waktu dan muncul pada waktu yang tepat saat anak membutuhkan mereka dengan berbagai peran, Josh and Jim Wiedmann membagi peran ayah ibu kedalam 4 peran, yaitu :
• Pengasuh, dari lahir hingga anak berusia 7 tahun. Peran ayah ibu pada tahap ini adalah mengurus anak dengan membuat aturan, menyediakan rasa aman dan hadir bagi mereka
• Guru, dari anak usia 8 hingga 15 tahun. Ayah ibu harus mengajarkan iman, moralitas, kebajikan dasar kepada anak saat mereka bertumbuh dan masih tinggal satu rumah
• Mentor, dari anak usia 15 hingga 18 tahun. Pada tahap ini ayah ibu membantu dan mengarahkan anak yang sudah menjadi dewasa untuk bertanggung jawab secara moral pada pilihan-pilihannya.
• Sahabat, dari anak usia 18 hingga dewasa. Ketika landasan yang kokoh sudah terbentuk, anak akan mulai berfikir dan bertindak sebagai orang dewasa. Mereka akan meminta nasihat serta berteman dengan ayah ibu mereka.
Hal-hal kecil dalam persoalan pendidikan anak terkadang juga bisa menimbulkan konflik antara ayah dengan ibu atau ayah ibu dengan anak. Anak dalam usia perkembangannya yang semakin menuju masa dewasa muda, terkadang mempunyai keinginan atau kecenderungan yang berbeda dengan orang tua. Kita sebagai orangtua hendaknya merasa berbangga jika anak sudah punya pilihan-pilihan, tinggal bagaimana kita mengarahkan pilihan-pilihan anak tersebut sebagai bagian dari dukungan kita untuk menyiapkan anak menghadapi atau bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihannya dan masa depannya.
Anak yang akrab dengan ayah ibu, dia juga akan hangat dengan kawan dan lingkungannya. Anak akan mudah diterima lingkungannya atau anak juga akan cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Kita akan melihat apabila ayah ibu tidak kompak, anak juga akan bingung bahkan cenderung introvert karena tidak ada dukungan dari ayah ibu, sehingga dia tidak berani untuk bersosialisasi dan bergaul dengan teman atau lingkungannya, rasa takut atau malu akan memberatkan langkahnya untuk bersosialisasi bahkan juga akan berpengaruh dalam pendidikannya.
Cukup menarik apa yang menjadi moto dari ayah Edy, “Indonesia Strong From Home”, bahwa Indonesia yang kuat berasal dari rumah. Artinya peranan ayah ibu dalam rumah akan berpengaruh atau berdampak luar biasa untuk anak yang juga pada akhirnya untuk negara. Baik secara spiritual, emosional dan karakter anak menuju Indonesia gemilang.
Beberapa kiat agar ayah ibu kompak, yaitu :
1. Ciptakan lingkungan rumah yang kondusif dan keterbatasan fasilitas bukan merupakan kendala/hambatan.
2. Membangun hubungan komunikasi yang hangat/tidak kaku antara ayah ibu.
3. Satu kata dan tindakan atas keputusan-keputusan yang akan diambil.
4. Ayah ibu hendaknya bersifat ramah dan terbuka. Dll



Hal-hal yang akan dihasilkan dari Ayah ibu kompak, anak akrab, diantaranya :
1. Ayah ibu akan senantiasa menunjukan jalan Allah SWT kepada anak2nya melalui perkataan yang baik dan tindakan yang kongkrit.
2. Ayah ibu kompak akan senantiasa mendoakan anak-anaknya dalam setiap aktivitasnya.
3. Ayah ibu kompak akan menjadi semakin cerdas seiring dengan pertambahan usia anak-anaknya.
4. Ayah ibu kompak akan meminta pendapat anak-anaknya dan anak akan belajar untuk menyampaikan pendapatnya dan mendengar serta mungkin menerima pendapat ayah ibu atau orang lain.
5. Ayah ibu kompak akan menjadi sahabat anak-anaknya yang merupakan sebuah proses (tidak perlu berpura-pura menjadi sahabat), untuk lebih mengenal karakter anak-anak termasuk mengetahui selera dan kecenderungan mereka.
6. Ayah ibu kompak akan bertambah kasih sayangnya kepada anak dan saling menghormati, dan menempatkan cara berbicara dengan anak bukan kepada anak.
7. Ayah ibu kompak akan jujur dalam perkataan dan tindakan yang berpengaruh besar terhadap anak-anak.
8. Ayah ibu kompak akan memiliki kepekaan untuk mengetahui apa yang telah siap didengar oleh anak-anak.
9. Ayah ibu kompak akan memiliki anak yang hangat didalam rumah maupun di luar rumah.



Tidak ada kata terlambat untuk ayah ibu kompak agar anak menjadi akrab!.

Anak-anak ibarat kuncup bunga
bersemi dari hijau daun tetumbuhan kita
sejukanlah dengan embun kehidupan cinta
biar saat sinar lembayung sutra merekah
mekar bersama wewangian hari hari ceria

Anak-anak mengembangka laksana bunga
mahkotanya warna-warni memesona
mereka menghias taman kehidupan kita
belailah bersama semilir kelembutan jiwa
agar mereka menebarkan berjuta aroma

Anak-anak adalah biji-biji generasi
mereka trubus ditaman-taman negeri
gemburkan pijaknnya pada setiap jengkal kaki
pupuklah dengan segenap kesuburan hati
tengadahkan asa pada Ilahi
yang selalu menyertai
si buah hati.
(Shoim Anwar, sastrawan).


Syamsudin
School of Director IQRO’
Radio Islam Sabili, 15 Desember 2009

2 comments:

  1. mantap jg nih tulisannya.mendidik bwt para orang tua yang baru. lanjutin d, pa syam. skali-kali kunjungin blog saya jg y pa syam!hehe... maklum br bs bikin blog! thanks

    ReplyDelete
  2. Kamal, thx atas kunjungannya n thx juga buat kommentnya.
    Saya akan kunjungi pak, saya ada beberapa blog tapi gak aktif2 baru mau diaktifkan ini.
    hehehehe.....
    salam senyum n doa for u n family.

    ReplyDelete